Kamis 13 Sep 2018 13:06 WIB

Dorong Riset, Bio Farma Kembali Gelar FRLN 2018

FRLN 2019 untuk menyingkronkan riset industri dan perguruan tinggi.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Pekerja melakukan pengemasan vaksin di laboratorium PT Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (28/8).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pekerja melakukan pengemasan vaksin di laboratorium PT Bio Farma, Kota Bandung, Selasa (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bio Farma kembali mengumpulkan para peneliti level nasional untuk berdiskusi bersama dalam rangkaian acara Forum Riset Life Science Nasional (FRLN). Forum ini mendorong sinergi antar lembaga dalam pengembangan riset di Indonesia.

"Riset dan inovasi berkelanjutan ini perlu sinergi dari banyak pihak yang intensif agar bisa komersilkan  Life Science," kata Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) M. Rahman Roestan dalam pembukaan FRLN 2018, Kamis (13/9).

Kegiatan yang bertema 'Riset dan Inovasi Bidang Life Science yang Berkelanjutan di Indonesia' bertujuan membangun sinergi antara Pemerintah, Perguruan Tinggi, Industri serta Komunitas pendukungnya. Cara ini dilakukan sebagai upaya mempercepat pengembangan vaksin dan produk life science oleh para peneliti di dalam negeri.

Hingga saat ini, dalam perkembangan riset dan teknologi masih ditemukan banyak kendala. Contoh saja menjaga keberlanjutan riset life science dengan pendanaan riset jangka panjang atau multi years untuk kelanjutan riset dari awal sampai menghasilkan luaran berupa produk sangat sulit.

Sebab itu, koordinasi dan kerja sama banyak pihak perlu dilakukan untuk menemukan jalan keluar permasalahan. Untuk itu, FRLN mengundang berbagai pihak dari banyak sektor seperti Kemenristek Dikti, Kemenkeu/LPDP, Kemenkes dan Bapenas selaku pengelola dana penelitian milik pemerintah.

Di samping itu, membangun komunikasi yang baik antara industri, akademisi, pemerintah dan komunitas pun sering kali terkendala.  Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh perguruan tinggi, ternyata tidak  bisa dipakai oleh industri, karena belum sesuai dengan standar kebutuhan industri.

Forum yang sudah berjalan delapan tahun ini diharapkan menjadi arena sinkronisasi antara kebutuhan industri dengan penelitian perguruan tinggi dan lembaga riset. Sehingga kedepan, tidak ada lagi hasil riset yang tidak terpakai karena tidak sesuai.

"Mari kita kolaborasikan semangat riset untuk kedaulatan riset nasional," kata Rahman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement