REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Satelit Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mendeteksi 42 titik panas berada di Sumatra. Sebelumnya sempat dinyatakan nihil karena alat teknologi NASA tersebut tidak dapat memantau sumber titik panas di daratan permukaan bumi wilayah tertentu.
"Kemarin sore dan tadi pagi, satelit sempat alami //blank area (tidak dapat mendeteki). Tapi pukul 16.00 WIB sudah berfungi bahwa 42 titik panas tersebar pada enam provinsi di Sumatera," terang Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Selasa (23/8).
Dia mengatakan hal itu, setelah melihat sebaran wilayah titik panas di Sumatra dari data yang dirilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berdasarkan pantauan sensor modis pada citra satelit milik NASA yakni Aqua dan Terra.
Analisis LAPAN menyebut, 42 titik panas tersebut merupakan akumulasi atas kepercayaan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di enam provinsi. Dengan tingkat sedang mulai 50 sampai 69 persen dan tingkat tinggi khususnya di Riau mulai 70 hingga 100 persen.
Sugarin merinci, mayoritas total titik panas di Sumatra masih terkosentrasi di Riau dengan jumlah 34 titik. Kemudian di Lampung tiga titik, Sumatra Barat dua titik, Sumatra Utara, Jambi dan Bangka Belitung masing-masing satu titik.
Ke-34 titik panas di Riau tersebar pada tujuh kabupaten/kota yakni Bengkalis 11 titik, Rokan Hilir 10 titik, Pelalawan lima titik, Dumai tiga titik, Siak dan Rokan Hulu sama-sama berbagi dua titik serta Indragiri Hulu satu titik. Dia melenjutkan, terdapat tiga daerah dari 34 titik panas tersebut dengan jumlah 15 titik di antaranya merupakan titik api, sebab memiliki tingkat kepercayaan di atas 70 persen potensi karlahut.
"Tiga daerah yakni Rokan Hilir tujuh titik api, Bengkalis enam titik api dan Dumai terdeteksi dua titik api," jelas Sugarin.