Selasa 23 Aug 2016 16:11 WIB

BIN: Perpecahan Abu Sayyaf Memungkinkan Dua WNI Kabur

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Ani Nursalikah
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso (kiri) berbincang dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian (kanan) sebelum mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/3).
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso (kiri) berbincang dengan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian (kanan) sebelum mengikuti rapat kabinet terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso mengatakan perpecahan kelompok dan gempuran tentara Filipina membuat dua dari 11 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf berhasil menyelamatkan diri.

Meraka adalah Muhammad Sofyan dan Ismail yang merupakan Anak Buah Kapal (ABK) tunda TB Charles. Mereka diculik Abu Sayyaf pada 20 Juni lalu.

"Di sana lagi seru ya, pertempuran antara kelompok mereka juga ada. Antara kelompok mereka. Juga gempuran tentara Filipina menyebabkan mereka pindah sana pindah sini," katanya, Selasa (23/8)

Ia mengatakan itu membuat dua sandera mengangggap ada kesempatan yang bagus untuk meloloskan diri. Sutiyoso mengatakan pemerintah terus mengupayakan berbagai cara untuk membebaskan sembilan sandera lainnya.

Tapi yang jelas, kata Sutiyoso, tentara Indonesia tidak bisa masuk ke dalam wilayah Abu Sayyaf karena melanggar hak konstitusi Filipina.

"Kalau TNI masuk nyaris tidak mungkin karena konstitusi mereka tidak mengizinkan tentara luar masuk ke Filipina. Kami monitor terus kami pokoknya berusaha maksimal membebaskan sandera dengan cara apa pun kecuali bayar," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement