REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dua unit satelit milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yakni Aqua dan Terra menyatakan, titik panas turun secara drastis, setelah hanya mendeteksi 12 titik panas berada di daratan Sumatra.
"Tadi pagi 12 titik panas, tapi sore ini atau pukul 16.00 Wib dinyatakan nihil. Ini karena satelit mengalami blank area untuk deteksi wilayah Sumatera," kata Kepala Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Senin (22/8).
Padahal, lanjutnya, kemarin atau Ahad (21/8) satelit memantau 46 titik panas di Sumatera yang tersebar pada tiga provinsi, 41 titik diantaranya terdeteksi berada di Riau.
Hal itu dipaparkannya, setelah melihat titik panas di Sumatera dari rilis Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berdasarkan pantauan sensor modis pada dua citra satelit milik NASA.
Pada pagi hari, kata Sugarin, dari analisis LAPAN menyebut, ke-12 titik panas tersebut tersebar pada empat provinsi yakni Sumatera Utara dan Bangka Belitung sama-sama menyumbang lima titik panas. Lalu Riau dan Bengkulu masing-masing memberi sumbangan satu titik panas. Untuk wilayah Riau, lanjutnya, titik panas tersebut terdeteksi berada di Kabupaten Rokan Hilir.
"Satu titik panas tersebut merupakan titik api karena memiliki tingkat kepercayaan di atas 70 persen berpotensi kebakaran hutan dan lahan di Rokan Hilir tepatnya Kecamatan Pujud," ucapnya.
Satuan tugas kebakaran hutan dan lahan Provinsi Riau dilaporkan hari ini kembali menerbangkan dua unit helikopter MI-8 dan dua Pesawat Air Tractor untuk operasi pengeboman air di lima kabupaten di wilayah tersebut.
"Dua helikopter MI-8 hari ini terbang ke Rokan Hilir dan Bengkalis. Masing-masing direncanakan melangsungkan dua sortie pengeboman air," kata Anggota Satgas Udara Karhutla Riau, Lettu Sherif Yanuardi.
Di Rokan Hilir, lanjutnya, penerbangan akan difokuskan ke wilayah Labuhan Tangga dan di Bengkalis pengeboman air dipusatkan di wilayah Tasik Serai.
Pada kedua wilayah tersebut sempat api membara sejak akhir pekan lalu dengan luas kebakaran mencapai ratusan hektare dan belum berhasil dikendalikan oleh satgas. Komandan Satgas Karhutla Provinsi Riau, Brigjen TNI Nurendi menyampaikan, total luas kebakaran yang berlangsung selama dua pekan tersebut telah mencapai 600 hektare. "Mayoritas lahan yang terbakar itu, merupakan lahan milik masyarakat," ujarnya.