Jumat 19 Aug 2016 16:25 WIB

Anak Tiri Itu Bernama Perawat (Catatan 71 Tahun Merawat Bangsa)

Red: M Akbar
Achir Fahruddin
Foto:

Merdeka Sampai Kapan

Satu hal yang harus disepakati bahwa berbeda sebagai sebuah profesi tentunya menjadi sebuah keniscayaan. Tetapi menempatkan profesi dengan prinsip dan kebijakan yang tidak berkeadilan, rasanya hal semacam itu sungguh melukai rumah sehat yang bernama Indonesia itu sendiri. Rumah yang dirawat dan dijaga oleh berbagai macam profesi hingga saat ini, tentunya harus direnovasi dan direkonstruksi kembali.

Sebagai rumah sehat, Indonesia telah mengalami berbagai macam perubahan, lengkap juga dengan pasang surut sebagai bangsa yang besar. Kepemimpinan saling berganti seiring dengan perubahan berbagai kebijakan, peraturan bahkan perundang-undangan. Namun sampai sekarang berbagai pro dan kontra bermunculan sebagai dampak dari kekeliruan dan ketidakadilan negara terhadap profesi serta bagaimana menguatkan lembaga yang ada.

Organisasi profesi dalam hal ini sebagai penguat dan pemersatu sepertinya di uji dengan berbagai kendala akan masa depan profesi. Keperawatan sebagai bagian dari profesi yang ada memerlukan tenaga untuk mengatur kamarnya sendiri. Rasanya bukan hal yang tidak mungkin keadaan rumah sehat bernama Indonesia itu telah didominasi oleh profesi lain yang menjadi tuan rumah dan setiap saat bisa mengatur yang lainnya dengan cara yang berbeda. Sebagi tubuh dan ruang yang menyatu, perawat harus rela berbagi dan menuruti keinginan tuan rumah.

Apakah perawat akan seperti ini selamanya? Bukankah rumah lain begitu memikat untuk dimasuki dan diatur? Jawaban atas pertanyaan itu berada dalam niat dan langkah para perawat Indonesia. Rumah lain bernama luar negeri itu kian menanti untuk dimasuki. Kemilaunya membuat harapan untuk bangkit. Tuan rumahnya begitu ramah dan adil hingga fasilitas yang tersedia begitu nyaman untuk digunakan dan dinikmati.

Alangkah baiknya jika penentu kebijakan berpikir sejenak dan mengambil kesimpulan terhadap berbagai kebijakan dan peraturan yang dibuat apalagi berkaitan dengan profesi atau hajat hidup tenaga kesehatan di seluruh Indonesia tanpa adanya pandang bulu dan dengan prinsip kesetaraan. Hal ini akan berdampak baik bagi jalannya aktivitas tenaga kesehatan dalam merawat dan menjaga masyarakat dalam kerja kolaborasi bersama tenaga kesehatan lainnya seperti dokter dan bidan.

Di tanah airnya, mungkin perawat belum merdeka tetapi di rumah dan seberang negeri sana, perawat terlihat sejahtera. Mereka yang sedang bekerja mungkin rindu akan tanahnya yang merdeka tetapi kontribusi berupa devisa telah menghidupi dan menambah pendapatan negara. Merdeka itu adalah satu tubuh yang bebas dari tekanan dan intimidasi, satu jiwa yang terbebas dari ketidakadilan dan satu bahasa untuk bersama-sama tanpa menohok kawan seiring apalagi menggunting dalam lipatan.

Meski sebagian kita telah hijrah ke lain rumah namun merdeka telah kita rasakan bersama meski dijalan dan rumah yang berbeda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement