REPUBLIKA.CO.ID, Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71. Ada pelajaran berharga yang tidak boleh dilupakan oleh setiap anak bangsa pada momentum ini. Bahwa kemerdekaan tidak diraih dengan cara yang mudah apalagi gratisan. Semuanya ditebus dengan cucuran keringat dan darah.
Para pejuang dan pahlawan siang malam berkorban untuk merebut kemerdekaan bagi bangsa yang dicintai, mengusir penjajah agar terwujud kedaulatan bangsa yang terhormat. Belanda dan Jepang yang saat itu sebagai penjajah memang sudah hengkang dari Bumi Pertiwi. Namun, sesungguhnya Indonesia belum benar-benar merdeka dari sisi yang lain.
Menurut Direktur Rumah Yatim Nugroho BW, masih ada musuh lain yang harus dilawan oleh generasi saat ini, yakni kemiskinan dan kebodohan. Tak terbantahkan, kemiskinan dan kebodohan masih menjadi masalah besar di negeri yang alamnya makmur ini.
Selain itu muncul juga penjajah lain yang tidak kalah sadis dan mengerikan. Penjajah sadis di abad ke-20 ini, yatu narkoba, kekerasan terhadap anak serta trafficking. Ketiga penjajah ini, lebih mengarah pada perusakan mental dan fisik kalangan remaja.
‘’Kita semua berkewajiban melawan tiga musuh berbahaya ini,’’ ujar Nugroho seusai acara seminar yang diselenggarakan Rumah Yatim seputar kemerdekaan anak bangsa di Gedung RRI, Kota Bandung, belum lama ini. Hadir dalam seminar tersebut perwakilan dari P2TP2A Provinsi Jabar, Ketua BNNP Jabar Brigjen Pol Iskandar Ibrahim dan kalangan ulama KH Ahmad Jaeni.
Kata Nugroho, Rumah Yatim memaknai kemerdekaan dengan arti terbebasnya semua komponen bangsa dari berbagai ancaman yang akan menghambat Indonesia menjadi negara yang aman,makmur dan sejahtera. Selain itu, kemerdekaan dimaknai dengan terbebasnya bangsa ini dari kemiskinan, kebodohan dan narkoba.