Kamis 18 Aug 2016 09:38 WIB

BNPB Sebut Jumlah Titik Panas Turun

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Nur Aini
Kebakaran lahan gambut (ilustrasi)
Foto: Antara
Kebakaran lahan gambut (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan jumlah titik panas (hotspot) mengalami penurunan signifikan. Hingga Kamis (18/8), terdapat 153 titik panas dengan signifikansi sedang dan tinggi di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Berdasarkan pantauan satelit Lapan pada Rabu (17/7) sore, tercatat 126 titik panas dengan signifikansi sedang dan 27 titik panas dengan signifikansi tinggi. Titik panas signifikasi sedang tertimggi berada di NTT (57 titik). Titik panas dengan signifikansi tinggi pun paling banyak berada di NTT (11 titik),"ujar Sutopo kepada Republika.co.id di Jakarta, Kamis (18/8).

Dia menjelaskan titik panas dengan signifikansi sedang lainnya berada di Aceh (enam titik), Jambi (tiga titik), Kalimantan Barat (tiga titik), Kalimantan Timur (tiga titik), Kepulauan Bangka Belitung (dua titik) dan Maluku (satu titik). Adapun titik panas dengan signifikansi tinggi lainnya berada di Aceh (satu titik), Kalimantan Timur (dua titik), Kepulauan Bangka Belitung (satu titik), Riau (satu titik), Sulawesi Selatan (empat titik), Sumatera Selatan (dua titik), dan Sumatera Utara (lima titik).

Penurunan jumlah titik panas ini, kata Sutopo, dipengaruhi kondisi cuaca harian. Meskipun menurun, pihaknya terus mengingatkan jika pada puncak musim kemarau 2016, yakni Agustus-Oktober, potensi peningkatan jumlah titik panas dapat kembali terjadi.

"Agustus hingga Oktober masih menjadi masa kritis karhutla karena sedang dalam masa puncak kemarau. Operasi gabungan dalam bentuk kegiatan patroli dan pencegahan kami tingkatkan agar jumlah hotspot tidak semakin bertambah," tutur Sutopo.

Sebelumnya, pada Selasa (16/8) lalu, satelit Modis dengan sensor Terra dan Aqua milik NASA telah mendeteksi 482 titik panas  di wilayah Indonesia. Jumlah itu meningkat jika dibandingkan hari sebelumnya, yakni sebanyak 202 hotspot.

Peningkatan jumlah hotspot tersebut sebagian besar terjadi di wilayah Kalimantan Barat. Berdasarkan analisis dari Lapan 482 hotspot tersebut merupakan akumulasi dari 297 hotspot dengan tingkat kepercayaan sedang (30 - 79 persen) dan 185 hotspot dengan tingkat kepercayaan tinggi (80-100 persen).

Tingkat kepercayaan sedang berarti ada potensi terjadi kebakaran hutan dan lahan berdasarkan temperatur permukaan yang dideteksi sensor satelit. Sedangkan tingkat kepercayaan tinggi berarti titik api yang sedang membakar material di permukaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement