REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transaksi uang tunai berangsur ditinggalkan masyarakat di era digital. Budaya masyarakat tanpa uang tunai (cashless society) didorong melalui layanan keuangan digital (LKD). Program LKD turut didukung Bank Indonesia yang membuka kesempatan bagi bank dan lembaga nonbank untuk ikut serta sebagai penyelenggara layanan tersebut sejak 2014. Produk yang digunakan dalam LKD adalah uang elektronik teregistrasi berbasis server yang ditransaksikan secara daring dan bisa diakses melalui ponsel.
Program LKD juga merupakan bagian dari inklusi keuangan Indonesia. Seperti tujuan yang dicanangkan dalam Nawacita, inklusi keuangan Indonesia harus meningkat menjadi setidaknya 50 persen, melalui layanan keuangan digital (LKD) salah satunya. Laporan Bank Dunia pada 2014, Global Financial Inclusion Index menyebut tingkat inklusi keuangan Indonesia pada 2014 baru 36,06 persen. Itupun sudah membaik dari 19,58 persen pada 2011.
Salah satu lembaga nonbank yang ikut serta memberi LKD yakni Telkomsel dengan produk uang digital TCash. Vice President Mobile Financial Services Telkomsel, Rudy Hamdani, TCash menyasar dua segmen pelanggan, yakni pelanggan mikro (belum berbank) dan pelanggan gaya hidup (sudah berbank). Telkomsel ingin menyediakan layanan keuangan yang ikut mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Perusahaan telekomunikasi pelat merah itu, kata dia, akhirnya masuk ke layanan keuangan karena melihat pertumbuhan negara akan bagus jika didukung teknologi yang bagus dan layanan keuangan yang bisa dijangkau banyak orang. TCash ditujukan untuk jadi akses transfer dana antarpelanggan Telkomsel, sebagai dukungan atas Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) yang diinisiasi BI. Selain itu, TCash ingin jadi penghubung mereka yang belum berbank untuk bisa mengakses layanan keuangan formal setelah terbiasa dengan transaksi nontunai. Dari sini, titik-titik inklusi keuangan terhubung.
Karena fokus pada nasabah yang belum berbank yang mencapai 60 persen dari total populasi, Rudy mengaku Telkomsel tak bisa berupaya sendiri. Karena itu Telkomsel juga bekerja sama dengan BTPN untuk menyasar pelanggan mikro melalui rekening ketersambungan TCash BTPN Wow!. Dari akun ini, pelanggan Telkomsel bisa menabungkan dananya ke BTPN, pun sebaliknya, dana di rekening BTPN bisa ditempatkan dalam TCash. Proses migrasi dari rekening ke akun TCash ini sendiri tanpa biaya.
''Rekening ketersambungan ini merupakan yang pertama dan masih satu-satunya di Indonesia. Ini menunjukkan perusahaan telekomunikasi dan bank bisa sinergi,'' kata Rudy melalui sambungan telepon.
Rudy menjelaskan, sosialisasi dan edukasi masyarakat yang belum berbank jelas berbeda dengan masyarakat yang sudah berbank. Masyarakat di daerah lebih percaya pada tokoh. Sementara di kota, masyarakat mudah diberi tahu dan mudah mengerti, tapi belum tentu mau berpartisipasi.
Untuk mengedukasi masyarakat, Telkomsel mengerahkan sekitar 400 ribu agen pengisian pulsa Telkomsel di Indonesia. Bekerja sama dengan BTPN, Telkomsel menjadikan para agen penjual pusa juga sebagai agen edukasi. ''Agen pulsa pasti nggak gaptek (gagap teknologi), mereka pebisnis. Mereka kami edukasi karena mereka garda depan kami dan mereka yang akan meneruskan pengetahuannya ke pelanggan,'' kata Rudy.
Sebagai agen resmi Telkomsel dan BTPN, kelak mereka juga yang akan jadi agen penyalur dana bantuan sosial secara elektronik. Karena kebanyakan para agen juga memiliki warung, bantuan yang disalurkan ke masyarakat miskin diharapkan bisa dibelanjakan kebutuhan pokok.
Selain itu, tokoh masyarakat seperti kepada desa diajak serta. Pun edukasi ke sekolah- sekolah dengan mengajak para siswa merasakan langsung pengalaman bertransaksi keuangan. ''Edukasi memang masih jadi PR sama-sama,'' kata Rudy.