REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bagi Andityo Tri Septian (25 tahun), menjalankan bisnis berbasis daring tidak segampang dulu. Tian yang memulai bisnis daringnya dengan menjadi penyuplai perlengkapan busana, mengalami sendiri apa yang disebut sebagai persaingan usaha.
Menjamurnya pelaku bisnis daring semakin ia rasakan dalam dua tahun belakangan. Usaha yang ia bangun sejak lima tahun lalu, mau tak mau mengalami penurunan omzet hingga 50 persen pada 2016 ini. Melalui bisnis baju di dunia maya, tiga tahun lalu Tian bisa meraup omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Namun kondisi tak lama bertahan. Sekarang Tian harus puas dengan omzet Rp 20 juta per bulan.
Tian mengaku, apa yang ia alami ternyata juga terjadi pada rekan-rekan bisnisnya yang juga menjalankan bisnis berbasis daring. Menurut pengakuannya, penurunan omzet hingga separuh dibanding dua atau tiga tahun lalu adalah hal yang lumrah saat ini. Bahkan penurunan omzet ini ditambah dengan berbagai kendala di lapangan yang membuat ia terkadang harus menanggung rugi. Pencurian produk sampai barang yang tak sesuai permintaan konsumen, adalah kejadian-kejadian yang menurutnya biasa terjadi. Dengan berbagai kendala ini, lantas apakah Tian mengendurkan semangat untuk menjalankan bisnis berbasis digital?
"Tidak. Justru itu tantangan yang harus dihadapi. Siasatnya, ya coba bisnis baru lainnya. Kalau dulu baju, saya coba untuk jual beli motor. Lihat pasar saja ke mana membawa kita," ujar Tian yang kini menetap di Tegal, Jawa Tengah.
Lesunya bisnis berbasis daring ternyata tidak membuat Tian mundur untuk berwirausaha. Tian menjajal berbagai peluang baru yang ada, termasuk jual beli motor dan penyewaan ojek daring. Tian mengaku, bisnis daring memang belum bisa sepenuhnya menyasar seluruh segmen pasar. Ia mencontohkan, berjualan baju atau perlengkapan busana melalui media sosial untuk saat ini baru sesuai untuk konsumen berusia muda atau konsumen dewasa yang tinggal di kota besar.
Perlakuan berbeda, menurutnya, harus diberikan untuk konsumen yang usianya di atas 50 tahun dan belum terlalu akrab dengan teknologi. Untuk golongan ini Tian merasa keberadaan toko offline atau toko konvensional masih diperlukan. "Mereka ini masih lebih puas kalau melihat barang secara langsung. Anak muda juga ada yang suka lihat produk secara langsung baru beli. Pasar itu macam-macam. Kita yang harus menyesuaikan. Jadi kalau saya jatuh di online shop, ya kembangkan saja untuk offline shop," ujar Tian.
Selain menggeluti bisnis online dan offline untuk pakaian dan merintis bisnis jual beli motor, Tian juga melihat ada peluang lagi yang masih terbuka lebar di kota kelahirannya, Tegal. Ia menyadari bahwa Tegal belum memiliki layanan ojek motor berbasis aplikasi yang lebih dulu marak di Jakarta. Berangkat dari kesempatan itu, Tian pun memulai bisnis ojek daring bernama JOKI yang ternyata disambut cukup baik di Tegal.
Meski secara ide hampir sama seperti layanan serupa yang sudah booming di kota-kota besar lainnya, Tian tak mau kalah dalam hal inovasi. Layanan ojek daring yang ia bangun tak hanya sekadar melayani antar jemput penumpang, namun juga melayani kebutuhan konsumen untuk memesan makanan, mengantar laundry pakaian, memesan jasa pijat, atau bahkan mengurus dokumen seperti STNK di kantor kepolisian. Bisnis ojek daring yang ia bangun kini bsia mempekerjakan 20 pengemudi dan setidaknya melayani 90 pesanan dalam sehari.
"Saat ini fokus saya 80 persen untuk kembangkan ojek online. Inovasi bisnis memang perlu, terlebih pemain bisnis online sudah banyak seperti Tokopedia dan lainnya," katanya.
Tian mengaku, dalam berbisnis memang selalu ada risiko untuk gagal atau paling tidak akan ada kendala yang dihadapi. Namun ia yakin bahwa selama bisnis tersebut ia jalankan dengan jujur dan menjaga kepercayaan konsumen, maka roda bisnis akan terus berputar. Ia pun mengaku tidak kapok untuk menjalankan bisnis berbasis daring seperti saat ini.
Selain bisa mempekerjakan orang lain, Tian juga mengaku langkah yang ia tempuh saat ini bisa mmebuatnya terus berinovasi dan menghasilkan karya. Dalam berbisnis ojek daring misalnya, ia mengaku senang ketika banyak warga Tegal yang merasa terbantu dengan layanan yang ia tawarkan.
Baca juga: Bisnis Era Digital: Inovasi Tanpa Henti Sanny Gaddafi 'Jualan' Aplikasi