Selasa 16 Aug 2016 04:44 WIB
Merdeka di Era Digital

Bisnis E-Commerce Meroket, Sampai Kapan Bisa Bertahan?

Rep: Santi Sopia/ Red: Nur Aini
Warga memilih barang menggunakan web aplikasi belanja online di Jakarta, Rabu (25/11).
Foto:

Sebagai pelaku marketplace besar lainnya, Tokopedia juga menyaksikan secara dekat selama tujuh tahun terakhir bagaimana Tokopedia membantu masyarakat di manapun berada untuk merayakan kebebasan tanpa terbentur masalah lokasi. Masyarakat di kota-kota kecil hingga perdesaan kini bisa merasakan pemerataan ekonomi dan menikmati produk-produk dengan harga yang transparan seperti masyarakat perkotaan besar.

CEO Tokopedia, William Tanuwijaya mengatakan, di sisi lain, Tokopedia juga menyaksikan terciptanya jutaan lapangan pekerjaan baru, lewat para individu dan pemilik bisnis yang membuka dan mengembangkan bisnis di Tokopedia. Saat ini per bulannya sudah lebih dari 16,5 juta produk yang terjual, yang menunjukkan adanya 16,5 juta kepercayaan dan peluang tercipta setiap bulannya.

“Bagi kami, kebebasan tersebut menjadi makna kemerdekaan yang selalu kami perjuangkan dan pertahankan,” kata William.

Sementara, menurut Co-Founder/Managing Director platform dari marketplace produk travel ternama, Tiket.com, Gaery Undarsa, adanya e-commerce sudah pasti menciptakan akses lebih mudah dari satu tempat terhadap barang yang ada di dunia. Inilah kelebihan signifikannya. Kekurangannya, menurut dia, harga produk menjadi transparan. Euforia e-commerce di Indonesia saat ini, menurutnya terjadi sekira 10 atau 12 tahun ke belakang di Amerika. Pada periode 2005-2006, misalnya, publik juga mengetahui kehebohan situs-situs besar dunia, layaknya ebay, amazon. 

“Maka, proyeksi ke depan, tentu saja akan terus bertumbuh, pertanyaannya bagaimana kita melakukan persaingan yang sehat. Untuk industri travel, marketplace-nya juga akan semakin dominan, ” ujar Gaery.

Sedangkan, Lingga Madu, CEO & Co-Founder situs belanja mode wanita, Sale Stock, melihat, pemerintah maupun masyarakat tampak semakin antusias dengan kemajuan bisnis daring. Kontribusi kerja sama antara para pelaku turut menjadi kunci agar budaya berbelanja online semakin dipercaya dan merangkul semakin banyak konsumen yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

Begitu pula, menurut Florian Holm, co-CEO Lazada Indonesia, pasar daring selalu potensial, Hanya, dari dulu tantangannya seputar logistik atau koneksi internet, yang dewasa ini sudah bukan lagi menjadi hambatan.

Baca juga: Muda-Mudi Bergaji Tinggi Tanpa Perlu Pergi Pagi Pulang Pagi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement