Ahad 14 Aug 2016 21:19 WIB

Hingga Akhir Hayat, Adi Sasono Tetap Pikirkan Kesejahteraan Rakyat

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Ilham
Adi Sasono
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Adi Sasono

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenazah almarhum Mantan Menteri Koperasi dan UKM era reformasi, Adi Sasono, telah dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Ahad (14/7), sore. Sejumlah kenangan dan keteladan sikap membekas kuat di benak keluarga dan kerabat.

Usai upacara pemakaman, putra tertua almarhum Adi, Arya Wibisono, berbincang singkat dengan Republika.co.id. Arya menuturkan, ada tiga warisan sikap yang selalu ditekankan oleh sang ayah. Ketiganya yakni, tetap berbuat baik kepada siapapun yang berperilaku buruk, senantiasa bermanfaat bagi orang lain, dan bekerja keras.

Pesan-pesan itu, kata Arya, selalu ditanamkan sejak dia dan saudara-saudaranya masih kecil. "Saat saya kecil, ayah berkantor di Gedung Arthaloka (kawasan Jl Jenderal Sudirman). Saya sering diajak ayah ke kantor, lalu makan dan sesudahnya jalan-jalan di kampung di sekitar kantor ayah. Lewat cara itu, ayah menunjukkan kepada saya untuk lebih peka sosial, masih banyak masyarakat yang perlu dibantu," kata Arya.

Lewat ajakan itu, ayahnya juga mengajarkan untuk mensyukuri kehidupan yang dimiliki. Arya pun mengisahkan, saat bencana Tsunami melanda Banda Aceh, 2004 silam, ayahnya tidak hanya memberikan bantuan. Adi Sasono memikirkan cara agar perekonomian rakyat Aceh kembali bangkit.

Menjelang akhir hayat pun, almarhum Adi masih giat bekerja untuk masyarakat. Menurut Arya, sebelum dirawat di RS Mayapada, ayahnya berencana melakukan perjalanan ke Yogyakarta dan Wonosobo, Jawa Tengah.

Perjalanan tersebut dalam rangka meninjau kegiatan perekonomian petani dan produksi kentang di dua daerah. "Memang ayah kan tetap bekerja meski sakit dan lanjut usia. Kegiatan beliau masih seputar koperasi, usaha kecil dan menengah (UKM) dan membina petani. Kunjungan ke Yogya dan Wonosobo itu bagian dari komitmen beliau untuk merangkul petani," kenang Arya.

Dirinya mengakui, almarhum Adi memang selalu terjun ke bawah, melakukan kunjungan dan memikirkan bagaimana cara agar ekonomi rakyat terus bergerak. Sikap seperti inilah yang dirasakannya belum bisa secara penuh ditiru olehnya dan adik-adiknya.

Namun, Arya dan keluarga selalu mengupayakan membangun kepekaan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu hal yang sering dilakukan bersama keluarga adalah memberikan bantuan tenaga dan pikiran selain zakat, infaq, dan sodakoh secara rutin.

Disinggung tentang kepergian ayahnya, Arya menjelaskan jika sejak lama almarhum Adi menderita penyakit lever. Pada 2015 lalu, Adi divonis menderita kanker usus besar. Penyakit tersebut sudah mendapat penanganan dan Adi sempat dinyatakan sehat.

Kondisi almarhum Adi kembali menurun pada tahun ini dan sempat diduga kanker mengimbas kondisi levernya. Pada Rabu (11/7), almarhum mengalami mual dan muntah.

Keluarga membawa almarhum ke RS Mayapada untuk mendapat perawatan. Perawatan rencananya berlangsung tidak lebih dari dua hari. Karena kondisi terus menurun, almarhum Adi tetap berada di RS hingga Sabtu (13/7).

Pada Sabtu, kondisi Adi semakin drop kemudian stabil pada pukul 14.00 WIB. "Setelah itu, tensi darah ayah mengalami penurunan dan hilang kesadaran. Beliau meninggalkan kami sekitar pukul 17.20 WIB," ungkap Arya.

Adi Sasono meninggal di usia 73 tahun. Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, sempat mendapat anugerah Bintang Mahaputra saat berkarier. Almarhum meninggalkan seorang istri dan lima orang anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement