REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Sejak pukul 09.00 WIB, orang-orang berdatangan ke Jogja Digital Valley (JDV). Mereka membawa tablet atau laptop masing-masing. Namun jangan salah, muda-mudi itu bukan datang untuk bermain gim atau membuka media sosial dengan memanfaatkan Wifi gratis . Mereka justru tengah bersiap untuk bekerja di area publik garapan Telkom tersebut.
Nurul Karima misalnya, gadis berusia 22 tahun ini sengaja datang ke JDV untuk menyelesaikan pekerjaannya sebagai content writer. Selain di JDV, ia juga sering mengerjakan proyek-proyek berbasis IT di tempat-tempat publik lain, seperti Perpustakaan Kota Yogyakarta. Asal ada lapotop dan akses internet cepat, ia bisa mengerjakan tugas-tugas dengan lancar.
Selain sebagai content writer untuk sebuah toko daring, gadis yang akrab disapa Rima ini juga bekerja untuk sebuah social media strategy agency. “Pekerjaan saya sebenarnya ringan. Ya kita hanya butuh kemampuan menulis,” tuturnya pada Republika.co.id, belum lama ini.
Dalam melancarkan tugasnya, Rima cukup menggunakan aplikasi Hootsuite untuk mengerjakan proyek social media strategy. Sementara untuk mengerjakan tugas content writer, alumnus UMY itu lebih memilih menggunakan aplikasi Magento.
Menurut Rima, pekerjaan yang saat ini dijalaninya cukup menjanjikan. Bahkan pendapatan yang ia peroleh jauh lebih besar dari pekerjaannya sebelum berkecimpung di dunia IT. “Dulu saya kan kerja sebagai jurnalis. Sekarang ya pendapatan saya jauh lebih tinggi,” kata perempuan berjilbab itu sambil tersenyum, meski enggan menyebut berapa besar penghasilannya per bulan.
Rima menuturkan, pekerjaan yang dilakoninya sekarang jauh lebih fleksibel. Ia bahkan bisa mengatur jam kerja dan hari liburnya sendiri. Saat ini dalam satu bulan Rima ditarget untuk mengerjakan 75 tulisan pendukung content writer dan key visual product. Jika target tersebut dapat dikerjakan kurang dari satu bulan, maka sisa hari kerjanya dapat dipakai untuk liburan.
Namun tekanan sering kali datang dari klien. Hal ini karena pengguna jasa social media strategy agency sering kali menuntut hasil kerja yang cepat. “Misalnya sudah pakai jasa kita, mereka ingin segera penjualannya naik. Padahal untuk memperkenalkan sebuah produk di media sosial juga butuh proses,” ujar Rima.