REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan pihaknya mengedepankan demokrasi yang sejuk jelang pelaksanaan Pilkada DKI Jakarta, dan bisa menjadi panutan bagi konstituennya.
"Saya ingin memulai tradisi bukan saling menimpali, tapi politisi itu harus jadi panutan untuk konstituennya dan mendinginkan," kata Sandiaga di sela-sela acara "Jakarta Berlari" di Jakarta Selatan, Ahad (14/8).
Ia melanjutkan, dengan saling menimpali setiap pernyataan antarpolitikus mengakibatkan suasana semakin panas, maka politikus yang lain harus mendinginkannya, katanya.
"Kita pakai baju biru hari ini, salah satunya simbol dari demokrasi sejuk dan ketenangan. Jadi saya mohon maaf tidak bisa menimpali yang terakhir ini," kata Sandiaga, saat ditanya terkait kasus isu SARA yang dituduhkan ke oknum Partai Gerindra yang mengusungnya.
Sandiaga juga telah menyampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil Ahok bahwa isu SARA dan primodialisme sudah tidak relevan untuk saat ini.
"Saya ungkapkan ke pak Gubernur, bahwa isu itu sudah tidak menjadi relevan di Jakarta, tapi beliau mengangkat terus, akhirnya saya memutuskan untuk tidak menanggapinya," katanya.
Sandiaga juga bingung mengapa harus ada isu SARA dan primodialisme lagi dan kedatangannya ke Balai Kota DKI Jakarta pada hari Jumat (12/8) untuk menyampaikan masih terjadi lonjakan harga bahan pokok yang tinggi di Jakarta.