REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas penanganan kebakaran hutan yang dihadiri sejumlah menteri dan pimpinan lembaga terkait di Kantor Presiden, Jumat (12/8). Saat membuka rapat, Presiden menyebut jumlah titik api sepanjang tahun 2016 menurun 74 persen dibanding tahun lalu.
Namun begitu, Jokowi tetap meminta seluruh jajarannya waspada dan cepat tanggap dalam memadamkan titik-titik api yang muncul. "Masih ada 217 titik api yang harus diwaspadai," ujarnya, Jumat (12/8).
Menurut Presiden, periode kritis penyebaran api biasanya terjadi pada September dan Oktober. Oleh karenanya, Presiden mengingatkan semua pihak untuk mewaspadai kemungkinan tersebut. Ia meminta titik api yang ada dapat segera dipadamkan agar jangan sampai menyebabkan kebakaran hutan dan lahan yang masif seperti tahun lalu. Untuk memadamkan api secara cepat, menurut Jokowi, ada baiknya modifikasi cuaca atau pemadaman dengan teknologi water bombing dapat dilakukan sedini mungkin.
"Saya lihat dalam beberapa minggu terakhir penanganan api lewat darat dan udara sudah dilakukan. Ini bagus mumpung masih ada mendung," kata Presiden.
Jokowi juga sempat menyinggung soal penegakan hukum dalam kasus kebakaran hutan yang terdahulu. Ia menegaskan, sanksi tegas harus diberikan pada pelaku pembakar hutan agar kasus serupa tak lagi terjadi.
"Kami akan menciptakan sebuah kepastian hukum dalam rangka memenuhi rasa keadilan masyarakat," ujar Presiden.