Rabu 10 Aug 2016 05:18 WIB

Antara Full Day School dan Mondok di Ponpes

Ponpes Gontor menerapkan sistem pendidikan siswa menginap di asrama selama 24 jam.
Foto: Antara
Ponpes Gontor menerapkan sistem pendidikan siswa menginap di asrama selama 24 jam.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Erik Purnama Putra. Pemilik blog elangkesepian.wordpress.com dan eagle-alone.blogspot.co.id

Masyarakat Indonesia dihebohkan dengan wacana full day school atau sekolah seharian. Wacana itu dilemparkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. Menurut Muhadjir, gagasan itu sudah mendapat lampu hijau dari Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Konsep sekolah sehari penuh lebih ditujukan untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Muhadjir mengatakan, sasaran siswa SD dan SMP agar mengikuti konsep belajar seharian karena pada tahap itulah karakter anak bisa terbentuk. Sekolah seharian dipandang mampu menjadi salah satu solusi untuk membangun generasi penerus berkualitas. Selama di sekolah, banyak hal yang bisa dipelajari anak-anak untuk menambah wawasan mereka.

Siswa direncanakan sekolah mulai pukul 07.00 WIB diselingi istirahat dan diisi kegiatan lain hingga baru pulang pukul 17.00 WIB. Ketika selesai jam pelajaran pada waktu normal, siswa diajak untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan bermanfaat. Kompensasinya, siswa diberi libur hari Sabtu dan Ahad agar memiliki waktu lebih banyak bersama keluarga.

Tentu saja konsep sekolah seharian ini muncul mengingat banyaknya ayah dan ibu yang sama-sama bekerja sehingga meninggalkan anak di rumah. Ketimbang anak tidak terkontrol ketika pulang sekolah, Muhadjir mencoba menawarkan ide baik tersebut.

Sayangnya, meski masih sebatas gagasan, ide itu menjadi pembicaraan masyarakat di dunia maya. Kebetulan pula Republika.co.id yang pertama kali menaikkan berita tersebut saat Muhadjir berada di Malang pada Ahad (7/8). Tautan berita tersebut menjadi viral dan disebar ke berbagai media sosial (medsos). Tidak mengagetkan, hingga tulisan ini dibuat, berita berjudul "Mendikbud Baru Anjurkan Pelajar Sehari Penuh di Sekolah" sudah dibaca hampir 450 ribu pembaca.

Karena sudah menjadi isu yang menggelinding dan ditolak netizen atau warganet, kontan saja Muhadjir menjadi sasaran bullying atau perisakan. Muhadjir dianggap gegabah dalam menyampaikan sebuah aturan yang masih belum matang. Meski sekolah seharian itu masih berupa wacana, warganet dengan berbagai argumen menolak dan bahkan mengeluarkan sumpah serapah. Mereka geram dengan munculnya kebijakan yang baru sebatas dikemukakan ke publik itu.

Alhasil, karena berita itu sudah menjadi viral dan liar, ketika Muhadjir mencoba menjelaskan terkait rencana kebijakan yang bakal diambilnya itu, klarifikasi yang dilakukannya menjadi sia-sia. Opini masyarakat sudah terbentuk bahwa kebijakan sekolah seharian akan membuat anak menjadi terpenjara. Program itu malah memisahkan anak dari lingkungan sekitar dan alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement