REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON – Puluhan ribu ton garam impor asal Australia masuk ke Cirebon melalui pelabuhan setempat. Petani pun meminta pemerintah memperbaiki tata kelola garam untuk meningkatkan kualitas garam lokal agar dapat terlepas dari impor.
Masuknya garam impor itu diketahui saat anggota Komisi V DPR RI meninjau kondisi Pelabuhan Cirebon pascabongkar muat batu bara di Pelabuhan Cirebon dihentikan, Rabu (3/8) lalu. Mereka pun terkejut melihat ada sebuah tongkang sedang bongkar muatan garam impor.
‘’Impor sudah tentu sangat merugikan petani garam di Cirebon,’’ kata seorang anggota komisi V DPR RI yang juga berasal dari daerah pemilihan Cirebon dan Indramayu, Miryam S Haryani.
Miryam menilai, garam impor tidak semestinya masuk ke Cirebon karena Cirebon merupakan salah satu daerah penghasil garam di Jabar. Dia pun meminta pemerintah untuk memberikan subsidi kepada petani garam di Cirebon agar bisa membuat garam industri.
‘’Seharusnya pemerintah bisa memaksimalkan garam produksi petani lokal,” kata Miryam.
Kepala KSOP Cirebon, Revolindo, membenarkan bahwa kapal tongkang yang bersandar di Pelabuhan Cirebon mengangkut garam impor dari Australia.
‘’Setahu saya, pengirimannya hanya kalau dibutuhkan saja, tidak rutin,’’ kata Revolindo.
Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon, Insyaf Supriyadi, saat dikonfirmasi, mengaku mengetahui adanya garam impor yang masuk ke Kabupaten Cirebon. Menurutnya, impor tersebut sudah rutin dilakukan oleh perusahaan garam sejak lima tahun terakhir, dengan jumlah antara 25 ribu–30 ribu ton per tahun.
‘’Tahun ini, jumlah garam yang diimpor mencapai 25.800 ton,’’ terang Insyaf, saat dihubungi Republika.co.id melalui telepon selulernya, Kamis (4/8).
Insyaf mengakui, semula pihaknya memang menolak masuknya garam impor ke Kabupaten Cirebon. Namun, pihaknya terpaksa menerima karena impor garam itu dimaksudkan untuk menghasilkan garam konsumsi kualitas satu. Sedangkan garam yang dihasilkan petani garam di Kabupaten Cirebon, selama ini hanya bisa mencapai kualitas dua.
Untuk mengatasi hal itu, Insyaf berharap agar pemerintah mengatasi masalah di seputar produksi garam dan memperbaiki tata kelola garam. Khusus di Kabupaten Cirebon, masalah yang selama ini dialami petani garam adalah menyangkut rendahnya kualitas garam.
Rendahnya kualitas garam itu di antaranya terlihat dari segi warna maupun tingkat kekeringan kristalisasinya. Dari segi warna, kualitas garam petani di Kabupaten Cirebon kurang putih. Hal itu terjadi akibat faktor air laut yang kotor.
Selain itu, tingkat kekeringan kristalisasinya juga kurang. Hal tersebut disebabkan petani langsung memanen garamnya saat baru jadi karena terdesak kebutuhan ekonomi sehari-hari.
Untuk memperbaiki kualitas garam, Insyaf berharap agar pantai sepanjang empat sampai enam kilometer, atau mulai dari Desa Rawaurip, segera dibangun breakwater. Diharapkan, langkah tersebut dapat mencegah abrasi yang membuat air laut yang kotor masuk ke areal tambak garam.
‘’Ini sudah lama kami sampaikan ke instansi yang terkait. Tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya,’’ ujar Insyaf.