REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa mewujudkan ketahanan keluarga atau baiti jannati di dalam terminologi agama merupakan pekerjaan rumah (PR) besar.
"Kalau di keluarga kita ada yang pecandu narkoba, ada yang melakukan kejahatan seksual, split personality, maka tidak bisa mewujudkan baiti jannati," kata Mensos saat membuka Jambore Terpadu Kader PKK Tingkat Provinsi Sumatra Barat di Sawahlunto, Kamis (4/8).
Menurut Mensos, upaya mewujudkan ketahanan keluarga menghadapi tantangan berat dengan maraknya peredaran narkoba dan tingginya angka perceraian. Khusus perceraian, kata dia, di daerah tertentu 80 persen gugatan cerai justru diajukan pihak perempuan dengan berbagai alasan, di antaranya persoalan ekonomi dan adanya orang ketiga.
Ia pun mengingatkan perlunya dibangun kesetaraan dan keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan di dalam upaya menekan angka perceraian. Menurut Mensos, suka tidak suka banyak terjadi ketimpangan di dalam pengelolaan sebuah keluarga. Kewajiban yang seharusnya dipikul bersama suami dan istri justru pada praktiknya beban itu menumpuk pada kalangan perempuan.
"Padahal mewujudkan baiti jannati itu merupakan tugas kedua orang tua, bukan hanya ibu," kata Mensos.
Pada bagian lain, Mensos juga menyatakan perlunya peningkatan peran dan kapasitas kaum perempuan, khususnya yang tergabung di dalam PKK, karena kelompok ini merupakan lini terdepan di dalam pelaksanaan banyak program pemerintah. Dalam acara yang dihadiri Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit dan Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf itu Mensos menyerahkan sejumlah bantuan dengan nilai total Rp 1,05 miliar. Mensos juga berziarah ke makam Pahlawan Nasional Muhammad Yamin yang juga pernah menjabat sebagai menteri urusan sosial.