REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyebut terjadi lonjakan titik panas (hotspot) di wilayah Sumatra. Saat ini terpantau ada 85 titik panas dari sebelumnya 11 titik panas dengan tingkat kepercayaan atas potensi kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) 50 persen.
"Dari pantauan satelit baik Terra maupun Aqua pada sore hari atau pukul 16.00 Wib, jumlah titik panas melonjak jadi 85 titik," ucap Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sugarin di Pekanbaru, Rabu (3/8).
Menurutnya, ke-85 titik panas tersebut tersebar di tujuh provinsi dari total 10 provinsi di Sumatera. Tercatat wilayah konsentrasi titik panas itu berada di Sumatera Utara dengan jumlah 33 titik.
Lalu disusul dengan wilayah Sumatera Selatan pantauan satelit 21 titik panas, diikuti Nanggroe Aceh Darussalam terdeteksi sebanyak 17 titik dan Lampung terpantau lima titik panas.
Kemudian Bangka Belitung terdeteksi memberi sumbangan empat titik panas, terakhir di Riau dan Sumatera Barat sama-sama menyumbang dua titik panas di wilayahnya.
"Untuk dua titik panas di Riau, terdeteksi di Kecamatan Singingi, Kabupaten Kuantan Singingi. Titik panas di Riau tersebut belum jadi titik api atau miliki potensi karlahut karena masih dibawah 65 persen," katanya.
Sugarin menjelaskan, memasuki musim kemarau di mulai bulan Juni lalu pihaknya memperkirakan masih terdapat cukup banyak curah hujan, tetapi dengan intensitas ringan atau sering disebut kemarau basah di Riau.
Terjadinya fenomena La Nina atau gejala gangguan iklim akibat penurunan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik telah menyebabkan terjadinya hujan di beberapa wilayah terutama pesisir Riau atau sejumlah daerah pada bagian Utara.
"Potensi hujan ringan, masih tetap ada. Diperkirakan dapat terjadi di wilayah Riau bagian Tengah dan Selatan pada malam atau dini hari," jelasnya.
Dari Provinsi Sumatera Selatan dilaporkan, Helikopter jenis M18-MTV milik Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), sejak awal pekan ini terus melakukan pemadaman kebakaran lahan melalui udara terutama di Kabupaten Banyuasin.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sumatera Selatan, Yulizar Dinoto menjelaskan, pihaknya berupaya meningkatkan pemantauan kawasan hutan dan lahan di sejumlah daerah rawan terbakar demi mencegah tiierjadinya karlahut seperti tahun 2015.
"Operasi tersebut, secara rutin kami lakukan di sejumlah kabupaten yang rawan terjadinya kebakaran hutan dan lahan seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin," ujarnya.
Ia mengatakan, pihaknya melakukan operasi dari udara dengan menggunakan dua unit helikopter, sedangkan operasi di darat dibantu dengan personel TNI, Polri, kelompok masyarakat peduli api serta Manggala Agni.
"Ini, untuk mencegah terjadinya bencana karlahut tahun ini terutama di musim kemarau. Kegiatan pemantauan kawasan hutan dan lahan rawan terbakar, lebih ditingkatkan dengan melakukan operasi udara dan darat," ujarnya lagi.