REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Kemenko Bidang Kemaritiman menggandeng TNI Angkatan Laut untuk menggelar survei kelautan di wilayah Selat Sunda.
Survei itu rencananya akan berlangsung selama 50 hari dengan melibatkan 50 personel di bidang teknik geodesi, hidrografi dan oseanografi.
Deputi I Bidang Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno mengatakan survei data kelautan di Selat Sunda perlu dilakukan menyusul tingkat navigasi kapal yang tinggi di wilayah tersebut.
"Memang belum ada data final, tapi informasi dari Kementerian Perhubungan, kapal yang lewati Selat Sunda itu mencapai 70 ribu kapal per tahun. Sudah hampir sama dengan navigasi di Selat Malaka dan Selat Singapura," kata Arif dalam kunjungannya ke KRI Rigel 933, kapal survei hidro oseanografi milik TNI AL, di Pelabuhan Merak, Banten, Rabu (3/8).
Selat Sunda, yang juga masuk Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I karena merupakan penghubung Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia, dinilai sebagai lokasi strategis di tengah pertarungan Cina dan AS. Arif berharap, dengan menghimpun data kelautan di Selat Sunda mulai dari kondisi arus, kontur dan hal-hal oseanografis lainnya, akan ada kebijakan yang mendukung wilayah tersebut agar tidak rusak dan tetap dapat menampung tingginya navigasi kapal.
"Kelihatannya seperti survei biasa, tapi dampaknya strategis baik bagi Indonesia maupun kawasan regional. Dengan survei ini, kita punya data untuk buat kebijakan terhadap pengamanan ALKI, juga titik strategis kita yang lain, juga terhadap penyusunan kebijakan nasional terhadap masalah wilayah strategis nasional," katanya.