Selasa 02 Aug 2016 07:20 WIB

Kerusuhan di Tanjung Balai Bukan Persoalan Agama

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Angga Indrawan
Sejumlah warga melihat kondisi Kelenteng Dewi Samudera yang telah dipasang garis polisi pascakerusuhan, di Tanjung Balai, Sumatra Utara, Sabtu (30/7).
Foto: Antara/Anton
Sejumlah warga melihat kondisi Kelenteng Dewi Samudera yang telah dipasang garis polisi pascakerusuhan, di Tanjung Balai, Sumatra Utara, Sabtu (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin menyayangkan kerusuhan berbau SARA di Tanjung Balai, Sumatra Utara, Sabtu (30/7). Kemenag sudah menerjunkan pajabatnya untuk mendalami persoalan tersebut.

"Kami terus melakukan pendalaman dengan kepolisian dan aparat hukum lainnya," ujar Lukman, di Hotel Aryaduta Jakarta Pusat, Senin (1/8) malam.

Sejauh ini, kata Lukman, tidak ditemukan kerusuhan yang dipicu oleh persoalan agama. Menurut Lukman, hal tersebut lebih kepada permasalahan etnis. Lukman menuturkan, terkait isu etnis sudah lama ada dalam masyarakat setempat. Kerusuhan yang terjadi merupakan ledakan dari bibit persoalan yang sudah lama terpendam.

"Jadi pembakaran rumah ibadah itu sebenarnya bentuk pelampiasan dari masyarakat yang marah," kata Lukman.

Di samping itu, masyarakat terprovokasi oleh isu negatif dari media sosial. Sebab itu, polisi sedang mengusut isu negatif yang diposting melalui media sosial. Namun kerusuhan tersebut harus diambil hikmahnya. Lukman mengatakan, komunikasi antartokoh agama menjadi semakin diintensifkan.

"Dan Alhamdulillah telah dicapai kesepakatan dengan tokohh agama dan masyarakat," ucap Lukman.

Sebelumnya, kerusuhan tersebut mengakibatkan sejumlah rumah ibadah dibakar. Polri menyebut kerusuhan tersebut dipicu oleh isu negatif yang diposting melalui media sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement