Senin 01 Aug 2016 12:23 WIB

Neraka Poso: Konflik Islam-Kristen, Warga Keturunan, Santoso, dan Tibo

Sejumlah prajurit TNI menyusuri jalan setapak dalam hutan untuk memburu kelompok Santoso di Desa Sedoa, Lore Utara, Poso, Sulawesi Tengah, Kamis (24/3).
Foto:
Kelompok Santoso (Ilustarsi)

Selanjutnya, terjadi saling lempar ke perkampungan berbeda agama. Saling serang dan bakar rumah penduduk dan rumah ibadah. Bahkan saling bunuh!

Mengerikan melihat mayat dari kedua belah pihak tergeletak di jalan-jalan dan mengapung di sungai-sungai. Ribuan massa dari keduanya saling baku bunuh.

Siapa yang menyulut terlebih dahulu? Tidak jelas. Yang jelas,  kedua masyarakat berbeda agama itu tersulut emosi.

Pemerintah telat mengantisipasinya. Seharusnya pemerintah sudah menetapkan keadaan sebagai darurat sipil! Namun hal itu tidak dilakukan. Aparat kepolisian tak lagi berwibawa menghadapi dua laskar yang sudah mendidih darahnya. Sejumlah polisi pun tewas. Bagi saya saat itu, di Poso seharusnya sudah diberlakukan darurat militer untuk menjaga kewibawaan pemerintah. Namun, negara seperti tidak hadir di situ.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun menganggap  Pemerintah Indonesia gagal melindungi warga yang berbeda agama dan keyakinan itu. Sampai kemudian muncul tokoh seperti Santoso yang dianggap pahlawan bagi umat Islam Poso serta Tibo yang dianggap pahlawan bagi umat Kristen Poso.

Gila! Itulah kata yang bisa saya ungkapkan mengenai figur-figur tersebut dan gagalnya pemerintah menyelesaikan kasus Poso. Perjanjian Malino hanya di atas kertas karena kewibawaan pemerintah sudah tidak ada.

Saya tidak ingin dan tidak bermimpi ada kasus seperti itu lagi di bumi nusantara. Sesama anak bangsa bertikai dan saling bunuh atas nama Tuhan-Nya adalah tindakan keji dan biadab.

Damailah Indonesiaku!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement