REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Dewasa ini rokok bukan hanya menjadi konsumsi para orang dewasa, namun juga sudah merambah pada remaja dan siswa sekolah. Padahal, banyak terdapat racun membahayakan kesehatan pada setiap batang rokok.
"Rokok nyata-nyata berbahaya bagi kesehatan. Mari selamatkan generasi muda dari bahaya rokok," kata Direktur Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) Fatwa Fadillah di Medan, Kamis (28/7).
Ia mengatakan, fakta menyebutkan bahwa di dalam rokok terdapat tidak kurang dari 4.000 jenis racun, nikotin, gas monoksida, tar, arsen, formalin, amonia, dan zat berbahaya lainnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan melemahkan stamina tubuh.
Perilaku merokok diyakini sebagai salah satu faktor pemicu tingginya angka penyakit tidak menular di Indonesia, seperti penyakit stroke, jantung, kanker, diabetes, ginjal, dan penyakit berbahaya lainnya, bahkan mengakibatkan kematian.
Asap rokok meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) dan bisa menyebabkan problem kesehatan serius pada anak-anak, termasuk serangan asma berkali-kali dan parah, infeksi pernapasan dan infeksi telinga.
Kondisi tersebut menjadi permasalahan bidang kesehatan yang dihadapi pemerintah saat ini yakni tingginya beban biaya kesehatan diakibatkan penyakit tidak menular yang berdampak pada berkurangnya produktivitas masyarakat.
Ia mengatakan, menurut data WHO, Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India.
Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok.
Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa dan 70 persen diantaranya berasal dari negara berkembang.
Saat ini 50 persen kematian akibat rokok berada di negara berkembang dan jika kecenderungan itu terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok yang setengahnya berusia produktif dan akan kehilangan umur hidup sebesar 20 sampai 25 tahun.