REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG — Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty menjelaskan, tingginya pernikahan anak di bawah umur di Indonesia masih tinggi. Menurut dia, masih banyak remaja di berbagai daerah yang menikah di bawah usia 21 tahun.
“Contohnya di Kalsel, di NTT juga banyak,”kata dia saat mengikuti senam bersama dalam rangka Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke XXIII di Stadion Oepoy, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis (28/7). Menurut Surya, pernikahan dini disebabkan berbagai faktor. Dari ekonomi hingga budaya. Tak hanya itu, tingginya seks pranikah membuat angka pernikahan dini terus meningkat.
Surya menjelaskan, Generasi Berencana Indonesia (Genre) yang diusung BKKBN dapat menjadi solusi permasalahan yang menggerus kualitas hidup penduduk Indonesia itu. Generasi Berencana, kata dia, harus memiliki program hidup yang jelas dari menyelesaikan pendidikan, bekerja mencari nafkah, menikah dan berkeluarga. Tentunya dengan dua anak cukup.
Dengan adanya Genre, dia menjelaskan, kualitas hidup manusia Indonesia pun meningkat. Generasi muda ini, kata dia, akan membentuk keluarga yang menghasilkan anak-anak berkualitas.
“Hindari pernikahan di bawah umur. Katakan tidak pada seks usia dini,”tambah dia. Surya menjelaskan, pernikahan usia dini dapat membebani anak secara mental karena usia pernikahan yang belum cukup. Masa tumbuh kembang jangan sampai diganggu oleh beban yang seharusnya belum ditanggung anak.