REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Doni Koeseoma menilai digantinya Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) murni unsur politik. Dengan kata lain, Anies tidak seharusnya dihentikan di tengah masa jabatannya.
"Dia (Anies) kan sudah memulai sesuatu yang baik, ya harusnya diselesaikan. Itu menurut pendapat saya.
jadi apa yang sudah dimulai jangan diputus di tengah jalan," kata Doni saat dihubungi wartawan, Rabu (27/7).
Sebab, pemutusan di tengah masa jabatan biasanya akan menimbulkan masalah baru. Salah satu contohnya, yakni akan berdampak pada perevisian Kurikulum 2013 yang masih berlangsung. Doni menegaskan, pemutusan jabatan Anies sepertinya bukan karena masalah kinerja tapi politik.
Sebab, menurutnya, kinerja Anies sudah banyak memulai hal reformasi di internal maupun program pelibatan publik. Bahkan, Anies telah membuat sistem bagus dalam menghadapi perundingan serta berhasil menguatkkan semangat ke-Bhinekaan Pancasila.
Berkenaan dengan Mendikbud baru, Muhadjir Effendy, dia mengaku tidak terlalu mengenal baik. "Beliau (Muhadjir) pernah jadi rektor universitas yang bagus, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tapi kan kita belum melihat jadi belum bisa memberi penilaian," tambahnya.
Dengan bergantinya jabatan Mendikbud, ia berharap program baik sebelumnya bisa dilanjutkan oleh Muhadjir. Dia juga meminta menteri baru bisa lebih fokus pada substansi persoalan pendidikan seperti Kurikulum 2013. "Meskipun Anies sudah berusaha merevisi, faktanya saya melihat belum banyak perubahan," tutup dia.