REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang Muhadjir Effendy baru saja diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan Anies Baswedan.
Di mata Rektor UMM periode ini, Fauzan, Muhadjir adalah sosok yang gemar melakukan pembaruan sistem pendidikan. Karakter ini diyakini bisa membawa sistem pendidikan di Indonesia lebih baik dan sejalan dengan perkembangan zaman.
“Beliau tidak suka sistem pendidikan yang ketinggalan zaman,” kata Fauzan kepada Republika.co.id, Rabu (27/7).
Kala menjabat sebagai rektor UMM, Muhadjir dikenal menciptakan iklim baru di lingkungan kampus. Fauzan mengenal pria kelahiran Madiun ini sebagai pemimpin yang bersahaja, humanis, dan teguh memegang prinsip. Keputusan Presiden Jokowi menjatuhkan pilihan kepada Muhadjir dinilai tidak salah alamat.
“Pak Muhadjir tak hanya sekadar bekerja tuntas tetapi juga mengedepankan kualitas,” ungkap Fauzan.
Baca: Hengkangnya Rizal Ramli Diharap tak Ubah Kebijakan Reklamasi
Fauzan berharap seniornya dapat semakin mempercepat pemerataan pendidikan dan menelurkan sumber daya manusia yang berdaya saing. Hal mendesak yang harus segera ditangani adalah perubahan manajemen pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia harus dibebaskan dari campur tangan politik.
Pendidikan sudah menjadi komoditas politik terutama di daerah. Ketika pendidikan sudah menjadi komoditas politik maka kemandirian pendidikan akan bersifat formalitas. “Contohnya, nilai kelulusan di suatu daerah rendah maka Kepala Dinas Pendidikan yang pertama kali ditunjuk untuk bertanggung jawab,” paparnya.
Menurutnya pendidikan jangan dijadikan komoditas politik karena dampak psiko-sosialnya sangat luar biasa. “Untuk mendongkrak tingkat kelulusan maka timbullah permainan-permainan agar nilai naik,” kata Fauzan.