REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masyarakat Kabupaten Bandung diminta untuk mewaspadai potensi terjadinya angin puyuh mengingat saat ini ada gangguan iklim La Nina atau yang lebih dikenal dengan musim kemarau basah.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Tata Irawan Sobandi menuturkan, sampai saat ini, berdasarkan ramalan cuaca dari BMKG, cuaca masih sulit diprediksi dan berubah-ubah. "Sampai saat ini cuaca masih berubah-ubah, pagi bisa cerah, siang bisa mendung, malamnya bisa hujan," kata dia, Selasa (26/7).
Artinya, lanjut dia, walaupun sudah memasuki kemarau tapi kemarau basah sehingga hujan pun masih turun. "Masyarakat harus berhati-hati dan waspada jika terjadi angin maka harus berlindung di tempat yang aman jangan di tempat yang bisa roboh," lanjut dia.
Menurut dia, jika mengacu ramalan cuaca dari BMKG itu, musim kemarau basah ini masih akan terus berlangsung hingga akhir Juli ini. Potensi terjadinya angin puyuh susulan pun bisa terjadi.
Karena, ketika ada tekanan udara berbeda jauh di sebuah wilayah yang geografisnya bebukitan, tentu di situlah angin akan terbentuk. "Jadi kita harus mengantisipasi karena masih memungkinkan terjadi," ujar dia.
Pihaknya sudah mengirimkan surat dan berkoordinasi dengan aparat kewilayahan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya angin puyuh susulan.
Baca juga, Warga Bandung Diimbau Waspada Angin Puting Beliung.
Pada Sabtu (23/7) lalu, angin puyuh terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Kutawaringin. Desa yang terdampak yakni Desa Kutawaringin, Jatisari, dan Cibodas. "Jumlah rumah yang rusak itu rata-rata rusak ringan. Jumlah rumahh yang rusak itu ada 163 rumah, yang terkena," kata dia.