Senin 25 Jul 2016 19:35 WIB

Ima Ingatkan Kerabat Agar tak Tergiur Kerja di Luar Negeri

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ilham
Ima Matul
Foto: YouTube
Ima Matul

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Mantan buruh migran asal Indonesia yang kini menjadi aktivis perdagangan manusia di Amerika Serikat (AS), Imamatul Maisaroh, mengingatkan kerabatnya agar tak mudah tergiur tawaran bekerja di luar negeri. Ima, yang pada Selasa (26/7), akan berpidato dalam konvensi nasional Partai Demokrat AS, mengingatkan banyak risiko menghadang selama bekerja di luar negeri.

"Ima bilang ke saudara-saudaranya hati-hati bekerja di luar negeri, apalagi di AS, lebih baik bekerja di Indonesia saja," kata Alimah, ibunda Ima, saat ditemui pada Senin (25/7), di Malang.

Alimah dan suaminya, Turiyo, mengaku mengizinkan Ima bekerja di luar negeri lantaran sudah mengenal calon majikan. Calon majikan yang akan membawa Ima ke Hongkong sudah beberapa kali datang ke desanya untuk merekrut calon tenaga kerja Indonesia. "Karena sudah tahu orangnya maka kami mengizinkan," kata Alimah.

Ima yang sebelumnya dijadwalkan bekerja ke Hongkong akhirnya memutuskan pergi ke AS karena tergiur iming-iming gaji yang tinggi. Namun naas, rupanya majikan di AS memperlakukan Ima dengan kejam.

Ia dipaksa bekerja lebih dari 12 jam sehari. Bila melakukan kesalahan dalam bekerja, Ima harus menerima pukulan dari sang majikan. Gajinya selama dua tahun pun tak pernah dibayarkan.

Beruntung, sulung dari tiga bersaudara ini berhasil kabur dengan bantuan tetangga majikannya. Ima kemudian dibawa ke penampungan gelandangan dan ditangani organisasi nirlaba Coalition to Abolish Slavery and Trafficking (CAST).

Organisasi ini mencarikan pekerjaan baru bagi Ima. Perempuan inipun disekolahkan dan memperoleh berbagai macam kursus keterampilan. Berkat pendidikan yang diterima serta ketekunannya belajar, Ima diangkat menjadi staf CAST sejak 2012.

Kini Ima dikenal sebagai aktivis yang memperjuangkan hak-hak buruh migran dan korban perdagangan manusia. Di AS, Ima membina rumah tangga dengan pria Meksiko dan dikaruniai dua anak. Namun pernikahan itu tak bertahan lama. Ima kemudian menikah lagi dengan pria Sunda dan memiliki seorang anak perempuan.

"Ima jarang pulang ke rumah, sejak berangkat ke AS ia baru pulang tiga kali," kata Alimah. Meski jarang pulang ke rumah, Ima sering menelepon kedua orang tuanya di Malang. Lewat komunikasi tersebut, Ima mengingatkan agar para tetangga dan kerabat berhati-hati jika memutuskan bekerja di luar negeri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement