REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengaku telah difitnah oleh ketua kelompok LGBT, Hartoyo sebagai bibit penebar terorisme dalam syiar-syiarnya. Fahira menduga Hartoyo memfitnahnya lantaran sikap tegasnya terhadap kelompok LGBT tersebut.
Fahira mengaku dirinya sebagai aktivis pemberantas miras untuk remaja menolak propaganda LGBT di Indonesia. Namun Fahira menegaskan jika dirinya tidak pernah sekalipun menyerang secara pribadi kelompok LGBT tersebut. "Saya tidak pernah menyerang orang LGBTnya, ini yang saya tolak tapi ini dia menyerang orangnya. Menuduh saya seperti itu, ini yang saya tidak terima," ujarnya di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin (23/7).
Terkait sikap tegasnya kata dia, ada tiga prinsip dia selama ini terhadap keberadaan kaum LGBT. Yakni pertama tetap memperlakukan kelompok LGBT dengan baik, tidak ada perilaku merisak, tetap menghargai hak kelompok tersebut. Kedua kepada para pelaku LGBT, ia menyatakan supaya Pemerintah membuatkan tempat rehabilitasi karena LGBT dapat disembuhkan. Ketiga dengan tegas Fahira mengaku menolak gerakan masif dan propaganda LGBT.
"Karena tidak mungkin ada satu gerakan di Indonesia ini tanpa ada satu target. Karena semua gerakan LGBT di seluruh dunia targetnya adalah legalisasi pernikahan sejenis," ujarnya.
Sehingga Fahira menduga karena sikap tegasnya melarang propaganda LGBT membuat Hartoyo melakukan tindakan pencemaran nama baik tersebut. Meski demikian Fahira mengaku akan memberikan maaf kepada Hartoyo apabila Hartoyo mengajak damai. Namun tetap saja Fahira tegaskan bahwa proses hukum tetap berlanjut. "Saya terima (permintaan maaf) tapi proses hukum tetap harus dilakukan. Karena ini kan tuduhan tidak main-main, ini menyangkut teroris, teroris ini kan masalah bersama, jadi dia melakukan penggiringan opini," jelasnya.
Fahira juga menambahkan memang di Indonesia kebebasan berpendapat dibolehkan. Hanya saja kata dia bukan berarti bebas berpendapat namun namun merugikan orang lain. "Kebebasan berpendapat bukan berarti sebebas-bebasnya. Ini negara Pancasila, kita punya hukum, etika berbicara," ujar dia.
(Baca juga: Dituduh Tebar Bibit Terorisme, Fahira Laporkan Ketua LGBT Ke Bareskrim)