Ahad 24 Jul 2016 15:07 WIB

Mereka yang tak Bisa Pulang karena Dituduh Sukarnois

Rep: nasihin masha/ Red: Joko Sadewo
Warga Indonesia yang memilih tetap menetap di Praha, Ceska, sedang berfoto bersama dengan Dubes RI di Praha, Aulia Aman Rachman. Mereka adalah pelajar yang dikirim Presiden Sukarno untuk belajar di negara-negara blok komunis. Setelah kejatuhan Sukarno, ada
Foto: nasihin masha
Warga Indonesia yang memilih tetap menetap di Praha, Ceska, sedang berfoto bersama dengan Dubes RI di Praha, Aulia Aman Rachman. Mereka adalah pelajar yang dikirim Presiden Sukarno untuk belajar di negara-negara blok komunis. Setelah kejatuhan Sukarno, ada

REPUBLIKA.CO.ID, PRAHA – Duta besar Indonesia di Praha, Ceska, Aulia Aman Rachman, mengatakan, saat ini di Ceska masih terdapat orang-orang Indonesia yang belum kembali ke Tanah Air. “Ada yang dituduh komunis, ada juga yang dituduh Sukarnois, oleh Orde Baru,” katanya, pekan lalu, saat silaturahim di KBRI Ceska.

Sejak berakhirnya Perang Dingin, Cekoslowakia pecah menjadi dua negara yaitu Ceska dan Slowakia. Di masa Demokrasi Terpimpin, Presiden Sukarno mengirim para pelajar Indonesia untuk melakukan studi di berbagai negara, terutama di negara-negara komunis. Setelah Orde Baru berkuasa mereka diberi pilihan untuk kembali ke Tanah Air atau tetap menetap di negara-negara tersebut. Sebagian ada yang kembali ke Indonesia dan mengakui pemerintahan Orde Baru, sebagian tak memilih pulang karena menolak Orde Baru.

Di Cekoslowakia ada sekitar 250 mahasiswa. Mereka belajar ekonomi, teknik, dan sebagainya. Daud Hakim mengatakan yang memilih bertahan di Praha ada sekitar 50 mahasiswa. Ia berasal dari Takengon, Aceh. Saat ini ia berusia 79 tahun. Ia kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Kimia, Praha. Ia menempuh SMA di Kolese de Brito, Yogyakarta. Hingga kini ia belum pernah kembali ke Indonesia dan telah dikarunia dua orang anak dan empat cucu dari istri orang Ceska. Ada dua orang Aceh yang lolos seleksi dari 30 orang yang mendaftar. “Tidak pake tes, tapi dilihat dari nilai raportnya saja,” katanya. Saat ini Hakim telah pensiun. Sebelumnya ia bekerja di pabrik baja dan pabrik pesawat terbang.

Bismo Gondokusumo, anak seorang menteri di masa Sukarno, juga memilih menetap di Praha. Ia dikirim untuk belajar ekonomi pada 1959. Ia mengambil jurusan perdagangan luar negeri dan ekonomi internasional. Setelah lulus ia bekerja di kantor berita Cekoslowakia selama 11 tahun. Kemudian pindah ke sebuah perusahaan negara dan pindah lagi ke perusahaan swasta.

Aulia mengatakan, sebenarnya mereka tak tahu apa yang terjadi. “Mereka dapat perintah dari Panglima Besar Revolusi untuk belajar,” katanya.

Hakim mengakui bahwa sejak reformasi sebetulnya sudah tak ada kendala untuk kembali ke Indonesia. Namun mereka memilih tetap tinggal di Ceska. “Kami sudah punya kehidupan di sini,” katanya. Ada pula yang mengaku daya tahan tubuhnya sudah tak sesuai lagi dengan iklim di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement