Ahad 24 Jul 2016 15:11 WIB

Plastik Dapat Dijadikan Bahan Baku Pembuat Jalan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Angga Indrawan
Warga brerjalan saat mengumpulkan sisa produk plastik di Jakarta, Senin (18/7)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Warga brerjalan saat mengumpulkan sisa produk plastik di Jakarta, Senin (18/7)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Riset dan Pengembangan Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Zainal Abidin mengatakan, inovasi daur ulang plastik sangat beragam salah satunya yakni untuk membuat jalan raya. Penggantian aspal dengan plastik akan lebih kuat dan awet, serta tidak membahayakan lingkungan.

"Plastik dicacah kemudian dimasukkan ke campuran batu yang dipanasi, nanti batu tersebut akan terlapisi plastik dan apabila hujan airnya tidak akan masuk ke batuan sehingga aspal tidak mengelupas," ujar Zainal di Jakarta, Ahad (24/7).

Jalan yang dibangun dengan campuran plastik usianya lima kali lipat lebih kuat ketimbang aspal biasa. Daya tahan campuran plastik untuk membuat jalan sudah dapat dibuktikan secara ilmiah, dan beberapa negara seperti India serta Afrika telah menerapkan hal tersebut. Menurut Zainal, apabila Kementerian Pekerjaan Umum dapat memanfaatkan hal ini maka biaya pembuatan jalan bisa berkurang sebesar 10 persen karena diganti dengan plastik.

"Jadi, satu ton plastik untuk satu kilometer jalan raya, dan semua plastik bisa masuk kesitu tanpa menimbulkan dampak ke lingkungan karena plastik dilelehkan," kata Zainal.

Zainal mengatakan, untuk menanggulangi sampah plastik, Indonesia harus mendirikan industri daur ylang yang representatif di setiap kota. Plastik dapat didaur ulang menjadi berbagai macam produk yang bermanfaat, misalnya saja dijadikan vas bunga, kantong kresek, maupun bahan bakar minyak. Menurutnya, bahan baku plastik adalah yang paling ramah lingkungan karena tidak mengeksploitasi alam secara besar-besaran. Selain itu, proses produksinya paling hemat energi dibandingkan kertas, besi, maupun aluminium. 

Apabila sudah menjadi sampah, sebenarnya plastik tidak beracun hanya saja proses degradasinya cukup lama sehingga diperlukan manajemen sampah yang mumpuni. Menurut Zainal, manajemen pemilahan dan pengolahan sampah plastik di Indonesia masih lemah. Padahal, dari skala ekonomi pengolahan plastik yang benar dapat memberikan multiplier effect yang panjang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement