REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengatakan tingkat kemiskinan di DKI Jakarta saat ini justru paling rendah di seluruh Indonesia. Karena itu, kata dia, masyarakat Jakarta harus berbangga.
“Kita harus berbangga karena Jakarta tingkat kemiskinannya paling rendah dan tingkat harapan hidupnya panjang, 76,8 tahun. Terutama ibu-ibu,” kata Djarot kepada wartawan, Jumat (22/7).
Djarot menjelaskan, berdasarkan data Pemprov DKI jumlah pemukiman kumuh di Jakarta pun juga tidak banyak, yaitu tidak sampai lima persen. “Tidak ada lima persen dari total luas Jakarta. Kami punya rinciannya RT dan RW-nya ada. Tapi saya gak hafal,” ucapnya.
Guna mengetahui apakah pemukiman kumuh di Jakarta mempengaruhi terhadap tingkat kemiskinan, terlabih dulu harus menghitung garis kemiskinan di Jakarta. “Makanya kita cek dulu, kita hitung garis kemiskinannya itu di angka berapa. Kemudian yang di sensus itu, orang miskin kita lihat apakah dia pendatang atau warga DKI. Secara keseluruhan kalau di DKI tingkat kemiskinannya paling rendah se-Indonesia. Cuma tiga peren,” kata dia menegaskan.
Pernyataan Djarot tersebut bertentangan dengan survei yang telah dilakukan BPS beberapa waktu lalu, yang menghasilkan bahwa angka kemiskinan di DKI Jakarta justru meningkat. “Kalau misalkan, BPS itu bisa memberikan data kepada kami itu lebih enak, karena semua orang miskin itu kita subsidi, baik itu melalui pendidikan, kesehatan, BPJS,” ujarnya.
Djarot pun mengungkapkan Pemprov DKI sudah mempunyai strategi untuk memberdayakan orang miskin di Ibu Kota. “Kita berdayakan dengan membantu mengurangi pengeluaran mereka sampai dengan transportasi. Kalau pengeluaran mereka itu kita bisa subsidi, otomatis dia kan punya tabungan,” ucap Djarot.
“Makanya begitu ada data yang riel, yang tadi kita tahu nama dan alamatnya itu malah lebih memudahkan kita,” kata dia menambahkan.
(Baca Juga: BPS: Ahok Silakan Survei Sendiri Angka Kemiskinan di Jakarta)