Selasa 19 Jul 2016 19:43 WIB

Keluarga Korban Vaksin Tetap Minta Tanggung Jawab Rumah Sakit

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Bayu Hermawan
Vaksin palsu (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Vaksin palsu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Sayang Bunda memvaksinasi ulang sekitar 21 anak pada Senin (18/7) lalu. Kegiatan tersebut merupakan tindak lanjut dari arahan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terhadap sejumlah rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu.

Kendati demikian, ketua forum korban vaksin palsu RSIA Sayang Bunda, Bekasi Teja Yulianto berharap, pihak rumah sakit tetap bertanggung jawab atas penggunaan vaksin palsu.

"Ini kan dari program pemerintah, tetapi kita tetap meminta pertanggung jawaban dari RS Sayang Bunda. Tanggung jawab mereka sejauh mana terhadap korban," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (19/7).

Ia menjelaskan, tanggung jawab yang diminta para orang tua seperti, adanya pengecekan kesehatan secara menyeluruh terhadap anak korban vaksin palsu, meminta rekam medis seperti dari tahun berapa RSIA Sayang Bunda menggunakan vaksin palsu, meminta pihak rumah sakit menjelaskan dampak pemberian vaksin palsu bagi anak-anaknya.

Selain itu, ia mengatakan, para orang tua juga meminta pihak rumah sakit bertanggung jawab dengan kondisi kurang baik pada anak pascavaksinasi ulang.

Teja berujar, permintaan tersebut telah disampaikan pada Jumat (15/7) lalu kpada pihak RSIA Sayang Bunda, Bekasi. Rencananya, ia melanjutkan, rumah sakit akan memberikan tanggapan pada Jumat (22/7) mendatang.

"Tuntutan kita mengenai rekam medis, kita sudah dapat resumnya karena desakan para orang tua dan tim koordinator dan tim advokat sehingga RSIA Sayang Bunda memberikan," tutur dia.

Teja menyebut, setidaknya ada 100-an anak korban vaksin palsu di RSIA Sayang Bunda Bekasi. Namun, baru 78 yang terdata oleh forumnya.

Ia berujar, adanya vaksinasi ulang pada Senin (18/7) lalu di luar pengetahuan anggota forum. Sebab, hanya sekira 21 orang tua yang dihubungi untuk mengikuti vaksinasi ulang.

Teja menyesalkan banyak ahli kesehatan yang justru membuat vaksin palsu. "Seharusnya, mereka memberikan yang terbaik buat anak-anak yang jadi generasi penerus bangsa," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement