REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polri telah membeberkan sebanyak 14 Rumah Sakit yang tersebdar di daerah Jakarta dan Bekasi dicurigai menerima pasokan Vaksin Palsu. Rumah Sakit tersebut diserbu oleh orang tua yang anaknya menjadi korban vaksin palsu tersebut, hingga di beberapa rumah sakit terjadi kericuhan.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Awi Setiyono mengatakan, sebelumnya untuk mengantisipasi terjadinya kericuhan tersebut pihaknya telah melakukan pengamanan di 14 Rumah Sakit tersebut.
"14 Rumah Sakit kita lakukan pengamanan-pengamanan termasuk polikilinik yang sudah teridentifikasi kemarin, ya bahkan beberapa tempat kita tempatkan posko keamanan," kata Awi di Mapolda Metro Jaya, Selasa (19/7).
Dalam situasi saat ini, kata Awi, polisi saat menjadi merasa serbasalah. Pasalnya, kata dia, dalam beberapa kejadian polisi diduga oleh korban menghalang-halangi untuk masuk rumah sakit. Sementara, pihak rumah sakit menduga membiarkan masuk masa korban yang memprotes.
“Isu yang terkini kan akhirnya dibolak-balik, akhirnya polisinya serbasalah. Makanya kita sikapi. Masing-masing Polres kita suruh buat posko-posko pengamanan untuk menampung esmua aspirasi di sana," ucap Awi.
Sebelumnya, penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri telah menetapkan tiga dokter sebagai tersangka atas kasus dugaan pemalsuan vaksin. Mereka adalah dokter AR, H, dan I.
Saat ini, total tersangka menjadi 23 orang yang terdiri dari enam produsen, sembilan distributor, dua pengumpul botol bekas, satu pemalsu label, dua bidan, dan tiga dokter.