Selasa 19 Jul 2016 09:23 WIB

Ratusan Penghuni Lapas Lowokwaru Malang Terkena Leptospirosis

Rep: Christiyaningsih/ Red: Andi Nur Aminah
Tikus, salah pembawa bakteri leptospira yang menyebabkan penyakit lepstospirosis (ilustrasi)
Tikus, salah pembawa bakteri leptospira yang menyebabkan penyakit lepstospirosis (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wabah leptospirosis melanda Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Lowokwaru Kota Malang. Dari sekitar 1.000  penghuni lapas, sebanyak 240 orang yang terserang leptospirosis. Dua di antaranya meninggal. Tingginya angka warga binaan yang terjangkit leptospirosis membuat wabah ini ditetapkan menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

Hingga Senin (18/7), 18 orang menjalani perawatan di RS Syaiful Anwar (RSSA). Sisanya dirawat di klinik Lapas dan ada pula yang menjalani rawat jalan. Dokter Lapas Lowokwaru M Adib Sholahudin mengatakan dari ratusan warga binaan yang terserang leptospirosis sebagian besar sudah membaik. "Tinggal 30-an orang yang masih dirawat, lainnya sudah sembuh," ujar Adib, pada Senin (18/7).

Sementara itu satu orang masih dirawat secara intensif di RSSA. Seorang narapidana bernama Moch Robi (38) terenggut nyawanya pada Senin (18/7). Warga Kecamatan Sukun Kota Malang ini meninggal dunia di RSSA pukul 05.15 WIB. Robi mengeluh sakit nyeri perut dan mendatangi klinik Lapas pada Kamis (14/7).

Ia pun dirujuk ke RSSA dan sempat menjalani operasi. Tetapi nyawa terpidana kasus pembunuhan berencana yang divonis 15 tahun penjara ini tidak tertolong dan meninggal dunia.

Leptopsirosis sebelumnya juga merenggut nyawa Fahrid Fajari (19) warga Desa Sumberputih Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, pada 19 Juni 2016. Terpidana satu tahun penjara dalam kasus pencurian itu juga meninggal dunia ketika dirawat RSSA. Ia terkena penyakit komplikasi dan leptospirosis.

Adib menuturkan, penyakit tersebut menyerang warga lapas bergantian sejak Juni lalu. Sebelumnya, kasus Leptospirosis belum pernah menyerang lapas. "Kasus ini terus kami pantau dan melibatkan Dinas Kesehatan provinsi," ujarnya.

Kepala Lapas, Krismono, mengungkapkan warga binaan punya kebiasaan minum air mentah yang diambil dari sumur. Air itu dicurigai terkontaminasi bakteri leptospira yang menyebabkan penyakit lepstospirosis. Bakteri ini dibawa oleh tikus dan disebarkan melalui air kencingnya.

"Lapas belum bisa mengetahui air dari sumur mana yang tercemar leptospira karena hasil laboratorium belum keluar," jelas Krismono.

Sejauh ini hasil laboratorium dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur hanya memastikan jika penyakit yang menyerang penghuni Lapas Lowokwaru adalah leptospirosis. Petugas kesehatan juga menemukan bakteri salmonella di Lapas. Bakteri salmonella ini dapat menyebabkan penyakit tifus.

"Setiap hari kami memerangi tikus, semoga wabah ini segera mereda dan warga binaan sembuh dari penyakit ini," tegas Krismono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement