Senin 18 Jul 2016 16:39 WIB

Ritual Upacara Kasada Dikawal Ekstra

Rep: Christiyaningsih/ Red: Andi Nur Aminah
Tempat sesaji suku Tengger tertutup material vulkanik gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, Senin (4/1).
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Tempat sesaji suku Tengger tertutup material vulkanik gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, Senin (4/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ritual tahunan suku Tengger, Yadnya Kasada, akan diselenggarakan pada Rabu (20/7) sampai Kamis (21/7). Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTN BTS) menerapkan pengamanan ekstra demi menjaga keselamatan masyarakat dan pengunjung selama upacara berlangsung. Ketatnya pengawasan tak lepas dari kondisi Gunung Bromo yang sampai saat ini berstatus Waspada.

Berdasarkan data BBTN BTS, pos pengamanan kawasan dan pengunjung terdiri atas tujuh pos. Ketujuh pos meliputi Pos Watu Ungkuk, Batas Sungai, Pengol, Savana, Dingklik, Trisula, Puncak Penanjakan, dan Kaki Gunung Batok. Kepala Pos Cemorolawang Probolinggo, Sarmin, mengatakan Kasada tahun ini akan menyedot perhatian sedikitnya 2.000 wisatawan lokal dan mancanegara. “Jumlah ini bisa dibilang sedikit karena musim liburan baru saja berakhir,” ujarnya pada Senin (18/7) di Malang.

Untuk mendukung gelaran upacara Kasada, BBTN BTS berkoordinasi dengan Pemda, kepolisian, TNI, BPBD, PU, Puskesmas, dan tokoh masyarakat setempat. Personil keamanan mayoritas dikonsentrasikan di pintu masuk dari Pasuruan dan Probolinggo. “Setiap pintu masuk dijaga warga lokal untuk mengidentifikasi antara masyarakat setempat dan pengunjung,” jelas Sarmin.

Pengelola memasang sejumlah rambu-rambu peringatan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan selama di Gunung Bromo. Garis polisi bahkan dipasang pada jarak satu kilometer dari kawah sebagai peringatan keras agar masyarakat tidak mendekat.

Pengamanan tak hanya terkait status Gunung Bromo. Menurut Sarmin, seismograf juga harus terlindung dari getaran-getaran yang diakibatkan mobil jeep. “Getaran gunung dan jeep dapat mengganggu kerja seismograf,” tandasnya.

Kepala Teknis TN BTS, Wahyudi, mengatakan masyarakat wajib mematuhi aturan yang dibuat BBTN BTS. Ia menyebut salah satu yang kerap melanggar aturan adalah pengunjung yang mengendarai motor trail. “Kita punya kewenangan menutup Gunung Bromo demi kepentingan bersama, pengunjung dimohon tidak melanggar instruksi karena Bromo merupakan kawasan konservasi,” terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement