Senin 11 Jul 2016 11:56 WIB

Pendatang Dianggap Makin Membebani Ibu Kota

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Urbanisasi, industrialisasi, dan perkembangan ekonomi mendorong pertambahan penduduk di perkotaan (ilustrasi).
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Urbanisasi, industrialisasi, dan perkembangan ekonomi mendorong pertambahan penduduk di perkotaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Musni Umar menyebut kehadiran pendatang yang tak mempunyai keterampilan dan tempat tinggal di Jakarta hanya menjadi beban. Namun, ia menilai pendatang yanng mempunyai keterampilan bisa mendatangkan dampak positif bagi Jakarta.

Musni mengatakan pendatang masuk ke Ibu Kota dengan harapan bisa memperbaiki kesejahteraan hidup.

"Dampak positifnya kalau mereka punya keterampilan akan makin menumbuhkan dinamika ekonomi di DKI. Tapi perlu tempat usaha, modal, jaringan dan dukungan pemerintah," katanya, Senin (11/7).

Sedangkan para pendatang yang tak mempunyai skill menurutnya hanya menimbulkan dampak negatif seperti munculnya tempat tinggal liar di bantaran sungai atau kolong jembatan. Ia menyebut para pendatang tanpa keterampilan akan mencari kerja dari sektor informal. Misalnya perempuan akan terserap di sektor pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga.

"Kehadiran mereka jadi beban. Tidak hanya warga DKI yang terbebani, tapi juga yang datang dari daerah (pendatang yang sudah mapan di Ibu Kota). Mereka pasti tak bisa bertahan hidup," ujarnya.

Wakil Rektor 1 universitas Ibnu Khaldun Jakarta itu menyebut solusi atas maraknya pendatang ke Ibu Kota adalah dengan meningkatkan taraf ekonomi di daerah-daerah. Sebab ia meyakini Jakarta masih dianggap sebagai pusat ekonomi bagi warga daerah.

"Solusinya bagaimana menumbuhkan ekonomi di daerah, sebab Ibu Kota masih dianggap pusat ekonomi. DKI masih dianggap madu yang dikerubuti semut. Padahal warga yang ada saja belum ketampung kerja," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement