Senin 04 Jul 2016 21:22 WIB

Pakar Transportasi Kritisi Terminal Tanjung Priok

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
Terminal Bus Tanjung Priok
Terminal Bus Tanjung Priok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengkritisi sarana dan prasarana di terminal Tanjung Priok. Ia menilai, fasilitas yang disediakan untuk para penumpang bus AKAP dan AKDP, masih jauh dari kenyamanan.

"Dengan kondisi seperti sekarang, sungguh tidak manusiawi. Kesan kumuh, kotor dan jorok merupakan pemandangan biasa," kata dia dalam pesan singkat yang diterima Republika.co.id, Senin (4/7).

Padahal, Djoko mengingatkan, sudah terpampang slogan 'Tanjung Priok yang Bersih dan Nyaman' di terminal tersebut. Namun, ia mengungkapkan, fakta di lapangan sangat jauh dari slogan itu.

Apalagi, ia mengatakan, sejumlah penumpang tidak mendapat kepastian kapan jadwal keberangkatannya. Menurutnya, kondisi tersebut diperparah dengan tidak tersedianya ruang tunggu penumpang. "Di bagian tenda, tapi untuk parkir sepeda motor," katanya.

Calon pemudik duduk lesehan di tempat yang panas, dan ditambah udara knalpot bus yang menghadap kumpulan pemudik menunggu. "Sungguh tidak sehat," tutur dia.

Djoko mengusulkan, pengelola harus segera merenovasi terminal Tanjung Priok sesuai dengan PP Nomor 74 Tahun 2014 tentang angkutan jalan. Ia menegaskan, terminal yang nyaman, merupakan wajah transportasi yang sehat. Sehingga, dapat menaikkan minat pengguna transportasi umum. "Jika tahun depan masih dibiarkan seperti ini, jangan harap warga makin berminat naik transportasi umum," jelasnya.

Bahkan, ia mengatakan, bisa saja masyarakat mnggunakan kendaraan umum beralih ke kendaraan pribadi yang tentunya menambah macet jalan, menguras BBM, dan menambah polusi. Selain itu, Djoko menyayangkan, ada bus jurusan Jakarta-Madura yang menjual tiket seharga Rp 600 ribu per penumpang. Harga tersebut, menurut dia setara dengan tiket kereta eksekutif dan pesawat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement