Jumat 01 Jul 2016 17:55 WIB

Iktikaf Ala Pendaki

Rep: mj01/ Red: Friska Yolanda
Seorang jamaah mengaji di pelataran Masjid Habiburrahman, Kota Bandung, belum lama ini.
Foto: mj01
Seorang jamaah mengaji di pelataran Masjid Habiburrahman, Kota Bandung, belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, Dari depan, Masjid Habiburrahman tampak biasa saja. Masjid itu tidak terlihat sedang mengadakan agenda apapun. Namun, saat masuk ke dalam masjid, suasana menjadi berbeda.

Pelataran masjid yang biasa diisi jamaah kini disulap bak tanah lapang Suryakencana di Gunung Gede-Pangrango. Puluhan tenda pendaki gunung berdiri berwarna-warni di dalam masjid tersebut.

Namun, tidak ada kegiatan layaknya pendaki di aula tersebut. Mereka pemilik tenda terlihat tengah mengaji, shalat atau sekadar mengobrol.

‘Pendaki-pendaki’ ini ternyata bukan tengah menikmati pemandangan di gunung, melainkan sedang melaksanakan iktikaf di dalam Masjid Habiburrahman yang terletak di Jalan Pajajaran, Kota Bandung.

Neti (35 tahun), warga asal Kabupaten Sumedang, terlihat asyik bermain dengan ketiga anaknya di tenda yang ia buat di masjid, sedangkan suaminya tengah khusyuk membaca Alquran. Seperti kegiatan kemping lainnya, ia membawa perlengkapan seperti gelas, piring, termos, bantal, dan perlengkapan tidur.

Neti bercerita, ia sudah langganan beriktikaf di masjid ini sejak 2006. Ia beralasan, iktikaf di Masjid Habiburrahman menyenangkan karena ramai dan nyaman.

Tahun ini, ia kembali melaksanakan iktikaf untuk memberikan pembelajaran kepada anak-anaknya. Ia menyewa kavling tenda sebesar Rp 125 ribu selama iktikaf berlangsung hingga akhir Ramadhan.

“Anak-anak rajin shalat kalau di sini, “ katanya saat dijumpai Republika.co.id usai melaksanakan shalat Qiyamul Lail, belum lama ini.

Sama seperti jamaah yang lain, iktikaf ia lakukan untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Selain itu, ia ingin memanfaatkan 10 hari terakhir Ramadhan dengan meningkatkan ibadahnya.

Berbeda dengan Neti yang beriktikaf bersama keluarga, Dian Lesmana memilih melaksanakan iktikaf dengan murid-muridnya. Guru SMP IT Qordova ini sengaja jauh-jauh datang dari Rancaekek, Kabupaten Bandung, untuk beriktikaf di Masjid Habiburrahman.

“Di sini lebih enak,” katanya.

Iktikaf bersama siswa ia lakukan guna memberikan pengetahuan agama kepada generasi penerus bangsa itu. Selain itu, beriktikaf dengan suasana yang unik tentu akan menambah semangat dalam beribadah.

Humas DKM Masjid Habiburrahman Rahmat Tarman mengatakan, masyarakat sangat berantusias untuk melaksanakan iktikaf di masjid ini. Tarman menyebutkan, ada 5.000 jamaah yang setiap malam melakukan iktikaf di masjid tersebut. Kebanyakan, warga yang beriktikaf berasal dari Bandung Raya, mencakup Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Sumedang, Kota Bandung, dan Cimahi.

Rahmat mengatakan, ada sejumlah kegiatan yang dilaksanakan selama iktikaf, di antaranya kajian Subuh dan shalat Qiyamul Lail.

Pria berkaca mata ini mengimbau warga untuk selalu berhati-hati dengan barang bawaan selama beriktikaf. Meskipun masjid sudah dilengkapi dengan kamera pengawas, pengawasan barang oleh jamaah tetap harus dilakukan.

“Ada saja laporan kehilangan, kebanyakan lupa,” ujarnya.

Di masjid yang berdampingan dengan PT Dirgantara Indonesia ini juga tersedia beberapa jenis makanan dan minuman untuk sahur dan berbuka puasa bagi para jamaahnya. “Kita mengajak dan memfasilitasi masyarakat untuk bisa bersama-sama menghidupkan 10 hari terakhir Ramadhan dan menggapai malam Lailatul Qadar,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement