REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Yunus S Swarinoto, mengatakan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2016 lebih kecil dibandingkan 2015. Menguatnya La Nina pada pertengahan tahun mampu menekan jumlah sebaran titik api di beberapa daerah.
"Secara umum La Nina dengan intensitas menengah hingga kuat akan mengakibatkan atmosfer Indonesia lebih basah dari kondisi nornal. Akibatnya potensi hujan lebih tinggi sehingga dapat menekan jumlah titik api," ujar Yunus kepada Republika di Jakarta, Jumat (1/7).
Dia melanjutkan, kondisi tersebut terbukti dengan menurunnya jumlah titik api pada 2016 jika dibandingkan tahun sebelumnya. Saat ini, titik api dalam intensitas kecil dan menengah hingga besar masih ditemui di delapan provinsi.
Berdasarkan data yang dihimpun BMKG, hingga Jumat, titik api intensitas ringan berada di Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darusalam (NAD). Titik api dengan intesitas menengah hingga besar berada di enam wilayah Provinsi Riau, yakni, Bengkalis, Pelalawan, Rokan Hilir, Kampar, Meranti dan Siak.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengakui berkurangnya potensi karhutla pada 2016. Meski demikian BNPB masih menemui adanya titik - titik kebakaran lahan dan hutan di Riau.
"Karhutla di Riau masih terjadi setiap hari. Gubernur Riau sudah menyatakan siaga bencana karhutla sampai November mendatang. BNPB masih mengoperasikan dua helikopter water bombing MI-8 dan dua pesawat Air tractor water bombing di Riau," tutur Sutopo.
Setiap hotspot yang muncul, kata dia, akan langsung dipadamkan agar tidak berpotensi menjadi kebakaran hutan besar. Selain Riau, pemerintah Provinsi Sumatera Selatan juga menyatakan darurat bencana karhutla. Dalam dua pekan terakhir, BNPB bekerjasama dengan pemerintah setempat membuat hujan buatan untuk meminimalisasi potensi titik api.