Kamis 30 Jun 2016 21:10 WIB

Meredam 'Tat-Tit-Tut' Menjadi 'Bag-Big-Bug'

Sejumlah anak bermain game online jenis Point Blank di sebuah warung internet Kawasan tebet, Jakarta Selatan, Ahad (24/4). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto:
Sejumlah anak bermain game online jenis Point Blank di sebuah warung internet Kawasan tebet, Jakarta Selatan, Ahad (24/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

Ikhtiar menekan dampak negatif gim terhadap anak-anak sedikit banyak sudah tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Regulasi tersebut melarang materi tayangan termasuk gim daring yang terkait persoalan kesusilaan, perjudian, penghinaan, pemerasan, berita bohong, SARA, dan ancaman kekerasan. Hukumannya tidak main-main pelaku bisa diancam kurungan penjara hingga 12 tahun atau denda Rp 2 miliar.

Sayangnya aturan itu seperti tidak efektif di lapangan. Artinya, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Butuh peran aktif orang tua dan kesadaran pelaku usaha untuk bekerjasama. 

Sejumlah peran yang bisa dilakukan orang tua misalnya mengedukasi anak tentang gim yang boleh dan tidak boleh dimainkan. Edukasi ini hanya mungkin terjadi jika orang tua mau menggali informasi tentang gim yang disukai anak-anak.

Biasakan membangunkomunikasi yang menyenangkan dengan anak. Orang tua tidak boleh mudah marah terhadap anak yang terkena pengaruh negatif gim.  Sebab kemarahan hanya akan membuat mereka terluka. Sebaliknya ajak anak bicara baik-baik. Jika perlu tawarkan game-game yang menarik dan memiliki unsur edukatif.

Selanjutnya, sediakan waktu lebih bersama anak. Ajak mereka melakukan permainan atau aktifitas yang bersifat interaktif seperti olahraga bersama, berekreasi ke taman hiburan, makan bersama, atau mengikuti kegiatan-kegiatan sosial. Dengan begitu kepekaan anak terhadap lingkungan sekitar akan terasah.

Pada akhirnya orang tua lah yang memiliki peran paling signifikan dalam meredam bahaya gim terhadap anak. Sebab mereka lah pihak yang dapat berinteraksi langsung dengan anak. Survey dari AOL dan Associated Press (2007) membuktikan bahwa 40 persen dari orang tua meninggalkan anaknya untuk bermain  gim yang mereka mau sendirian. Padahal peran pengawasan dan kasih sayang orang tua sangat diperlukan agar anak tidak terjerumus ke hal yang negatif.

Peran dunia usaha seperti pengusaha warnet juga sama pentingnya. Selama ini warnet kerap menjadi tempat favorit anak-anak dan remaja memainkan gim daring berkonten kekerasan. Di dalam warnet anak-anak bermain gim daring tanpa pengawasan. Tak jarang mereka mengucapkan makian, kata-kata kotor, dan gerakan agresif merusak properti demi mengekspresikan perasaan selama bermain. Yang membuat miris tak jarang hal itu dilakukan di saat jam sekolah berlangsung. Untuk itu penting bagi pemerintah membuat regulasi yang komprehensif dan bersifat nasional dalam mengawasi bisnis warnet di masyarakat.

Namun tidak semua video gim berbahaya. Steven Johnson dalam bukunya yang berjudul Everything Bad is Good for You (2006), menyebutkan bermain video gim dapat menambah wawasan sejarah, meningkatkan kemampuan berstrategi, dan mengurangi penyakit otak seperti Alzheimer’s Disease. Hal tersebut juga ada dalam video gim yang mengandung unsur kekerasan sekalipun. 

Sekarang pilihan ada di tangan kita apakah akan meredam dampak negatif gim menjadi hal positif atau membiarkannya menjadi "racun" yang merusak ahlak anak seperti peristiwa yang terjadi di Bukit Tinggi?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement