REPUBLIKA.CO.ID,Perjuangan Mencari Tempat Pendidikan
BEKASI -- Lobi kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Jawa Barat, penuh sesak. Pengap. Penantian bercampur dengan ketidakpastian.
Ratusan wali murid sejak pukul 07.00 WIB sudah berbondong-bondong menyerbu kantor yang berlokasi di Jalan Lapangan Bekasi Tengah No. 2, Kel. Margahayu, Bekasi Timur, tersebut. Mereka berharap dapat memperoleh tempat pendidikan terbaik bagi putra-putrinya. "Mama bilang belajar yang rajin. Sekarang sudah //kayak gini ngrepotin// yang repot orang tua." Ibu muda di sisi pintu lobi itu tampak kesal.
Mukanya sudah penuh peluh. Barangkali dia sudah berjam-jam menunggu. Tangannya menggenggam erat beberapa lembar kertas foto kopi kartu keluarga, Kartu Indonesia Pintar, dan salinan ijazah.
Di sudut lain, seorang ibu paruh baya dengan raut muka lelah sedang menyampaikan keluhannya pada petugas. Si anak sudah tiga kali mendaftar di tiga sekolah berbeda lewat jalur umum. Tapi, tidak diterima.
Nilai ujiannya tergeser oleh pemilik nilai yang lebih tinggi. Alhasil, ia harus mendaftar lewat jalur afirmasi atau jalur lokal. Namun, sang ibu tetap berharap anaknya bisa mendaftar lewat jalur umum.
Pegawai Dinas Pendidikan di hadapannya pun tak kalah lelah. Ia selalu berusaha menjawab pertanyaan sesingkat mungkin. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online Kota Bekasi, Jawa Barat, sudah digelar mulai Senin (27/6) dan berlangsung sampai dengan Kamis (30/6). PPDB Online merupakan sistem masuk ke seluruh SMP serta SMA/SMK Negeri di Kota Bekasi menggunakan jalur nilai US/UN dengan sistem //real time online// dan jalur prestasi olahraga.
Pendaftaran terbagi dalam tiga jalur, yaitu jalur umum, jalur lokal, dan jalur afirmasi. Jalur umum mempunyai kuota 75 persen, jalur lokal 10 persen, sedangkan jalur afirmasi 15 persen. Sampai dengan hari ketiga pendaftaran, sejumlah kendala dalam pelaksanaan PPDB Online masih ditemukan.
Antara lain, sinkronisasi server di Dinas Pendidikan dengan server di sekolah-sekolah. Sejumlah orang tua wali juga masih tampak bingung dengan alur pendaftaran. Sosialisasi belum mencapai hasil maksimal.
Ada seorang bapak yang mengaku dilempar ke sana-ke mari oleh petugas lantaran kedua belah pihak sama-sama tidak mengerti. Wali murid yang hendak mendaftarkan anaknya lewat jalur afirmasi ini harus mondar mandir antara sekolah, Dinas Pendidikan, dan Dinas Sosial.
Tiga wali murid perempuan berdiri bergerombol saling berbagi keluh kesah, sampai beberapa wali murid meminta mereka ke pinggir lantaran mengganggu jalan. //Anak polah, bapa kepradah.// Pepatah Jawa itu sangatlah tepat dalam kondisi pendaftaran siswa baru. Seperti apapun tingkah dan kondisi sang anak, orang tua tidak bisa berlepas tangan.
Sekalipun diam-diam menelan kekecewaan lantaran putranya tidak diterima di sekolah terbaik, mereka tetap berjuang dan mengusahakan yang terbaik. Mereka rela bersusah payah mencarikan sekolah lain. Kemarahan mereka pada sang anak adalah manifestasi lain dari pancaran kasih sayang.
"Anak saya jalur umum tadinya, tapi tidak masuk. Sekarang pakai jalur afirmasi. Sudah daftar di sekolah tapi datanya dari sekolah belum masuk," tutur Ratna Dewi (37 tahun), kepada //Republika//, Selasa (29/6). Ratna menceritakan, sang anak sudah mendaftar lewat jalur umum sampai tiga kali di tiga sekolah berbeda. Tapi, tidak diterima.
Sistem PPDB Online secara otomatis akan men-//delete// pendaftar dengan nilai UN paling rendah untuk diisi dengan pendaftar yang mempunyai nilai lebih tinggi. Gagal lewat jalur umum, anaknya kemudian mendaftar lewat jalur afirmasi di SMP N 38 Bekasi. Setelah mendaftar dengan cara online lewat sekolah, Ratna diminta pergi ke Dinas Pendidikan.
Pasalnya, data pendaftaran belum masuk ke server sekolah. Ia diminta ke Dinas Pendidikan untuk memastikan apakah datanya sudah masuk ke dalam sistem atau belum. "Disuruh ke Disdik biar bisa lihat datanya sudah masuk belum. Tadinya di sekolah katanya belum masuk," imbuh Ratna.
Tidak hanya Ratna, banyak wali murid lain juga mendapat persoalan sama. Alhasil, warga Teluk Pucung ini pun bergegas mengejar waktu ke Dinas Pendidikan Kota Bekasi. Ratna sengaja datang sendiri lantaran tidak ingin anaknya ikut susah payah mengantri panjang.
"Kasihan nanti dia batal puasanya. Antrean kayak gini. Biar berkorban buat anak tidak apa-apa," ucapnya. Hingga tengah hari, Ratna masih berdesak-desakan bersama ratusan wali murid lain untuk menunggu kepastian data pendaftaran anaknya. Itu pun, belum ada kepastian putranya diterima di sekolah yang ia harapkan.
Hal serupa dialami Nur Oktaviani (15 tahun). "Kemarin posisiku masih di tengah-tengah, lama kelamaan hilang. Tergeser yang lain," kata Nur. Nilai UN-nya sebanyak 265,00 untuk empat mata pelajaran. Setiap jam, setiap menit, ia mengecek pergeseran posisi pendaftar lewat telepon pintarnya.
Tapi, apa hendak dikata. Angka itu tak cukup untuk membuatnya diterima di SMA N 9 Bekasi. Warga Bantargebang ini kemudian beralih mencoba mendaftar lewat jalur afirmasi di SMA N 8 Bekasi. Ditemani sang ibu, ia mengantri di kantor Disdik untuk mengurus aktivasi nomor KIP.
Antrean PPDB Online di kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi memang semrawut. Beberapa wali murid mengeluhkan tidak adanya nomor antrean. Juga, tidak ada tanda yang menunjukkan pembagian loket secara khusus untuk urusan yang berbeda.
Siapa pun yang baru datang langsung maju ke meja petugas untuk dilayani. Hal itu menyebabkan adanya penumpukan di depan petugas. Semua orang mendesak ingin maju ke depan. Semua orang ingin dilayani terlebih dahulu. Bau keringat bercampur dengan kegamangan hati para orang tua. Beruntung, tidak sampai terjadi kericuhan di antara wali murid.
"Jalur afirmasi sedang ada gangguan. Ya mungkin karena banyak yang mengakses dalam waktu bersamaan," ucap petugas Unit Tata Usaha SMP N 6 Bekasi, Ahmad Rizal. Hal ini mengonfirmasi banyaknya siswa yang data pendaftarannya tidak masuk ke server sekolah. Nomor Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang menjadi salah satu syarat pendaftaran jalur afirmasi tidak aktif. Siswa-siswa ini kemudian dirujuk untuk memastikan langsung ke kantor Dinas Pendidikan Kota Bekasi.