REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI) Marius Widjajarta,menilai penggunaan vaksin palsu tetap memiliki efek samping. Sistem pembuatan vaksin yang tidak baku pun diyakini menjadikan vaksin tidak steril.
"Kalau efek samping kami menduga tetap ada. Pertama, dari segi pembuatan vaksin palsu kan di luar standar kesehatan, jadi ada kemungkinan kondisinya tidak steril," ujar Marius kepada Republika di Gedung LBH Jakarta, Selasa (28/6).
Kondisi vaksin yang tidak steril tentu dapat membahayakan kondisi fisik penerimanya. Terlebih, menurut marius, vaksin diberikan ke tubuh anak-anak yang belum memiliki sistem kekebalan tubuh maksimal.
Kedua, lanjut dia, jika vaksin palsu memang mengandung cairan antibiotik dan infus, peluang alergi bagi pengguna tetap ada.
"Secara umum, saat ini kan banyak pasien yang alergi terhadap antibiotik. Kalau diberikan ke anak, tentu ada peluang yang sama," tutur Marius.
Meski demikian, dia mengakui jika tidak terbentuknya sistem imun di tubuh anak menjadi etek samping utama dari pemberian vaksin palsu. Marius mengatakan kondisi seperti ini tidak bisa dianggap sepele.
Sebab, tanpa adanya penelusuran yang jelas, pemberian vaksin palsu kepada anak bisa berdampak secara jangka panjang terhadap kesehatan. Marius pun menilai, pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang menyebut penggunaan vaksin palsu tidak berefek samping harus dipertanggungjawabkan.
"Harus ada penjelasan yang lebih ilmiah dari Kemenkes. Sebab kandungan vaksin palsu itu sudah menjalar di tubuh. Peluang efek samping vaksin secara jangka pendek mungkin tidak tampak, tetapi bagaimana dengan efek jangka panjangnya?" tegas Marius.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Nika F Moeloek, mengatakan, dampak pemberian vaksin palsu yang mengandung cairan infus dan antibiotik jenis gentacimin dengan dosis 0,5 cc relatif tidak membahayakan. Adapun efek samping setelah penyuntikan vaksin palsu adalah infeksi. Gejala infeksi dapat dilihat tidak lama setelah vaksin diberikan.
Nila tetap mengimbau masyarakat berhati-hati terhadap peredaran vaksin palsu. Namun, dia menyarankan masyarakat tidak panik. Karena itu, jika masyarakat mengikuti program vaksinasi yang pemerintah, dapat dipastikan telah mendapat vaksin resmi dan aman.