Senin 27 Jun 2016 23:20 WIB

Petani Indramayu Mulai Gunakan Pompanisasi

Rep: Lilis Handayani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Para petani di sejumlah daerah di Kabupaten Indramayu mulai menggunakan pompanisasi untuk pengairan sawah milik mereka. Hal itu menyusul minimnya pasokan air dari irigasi yang diperparah dengan berhentinya hujan.

''Sudah seminggu terakhir ini hujan tak pernah turun lagi. Air irigasi dari Bendung Rentang pun mulai mengecil hingga tak sampai ke seluruh areal persawahan,'' ujar Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu, Sutatang kepada Republika.co.id, Senin (27/6).

Sutatang mengatakan, kesulitan air itu terjadi pada lahan pertanian yang posisinya di ujung layanan saluran irigasi. Kondisi tersebut terjadi secara 'spot-spot' dan hampir merata di semua kecamatan di Kabupaten Indramayu.

Untuk mengatasi kekurangan air tersebut, para petani di sejumlah daerah terpaksa menggunakan pompanisasi. Mereka menyedot air dari saluran pembuang untuk mengairi areal persawahan yang mulai mengering.

Kondisi itu di antaranya terjadi di Kecamatan Sliyeg dan Jatibarang. Umur tanaman padi di dua kecamatan tersebut rata-rata baru sekitar sepuluh hari.

''Kalau tidak segera diairi, tanaman padi bisa mati kekeringan,'' terang Sutatang.

Sutatang mengakui, pompanisasi memaksa petani untuk merogoh kocek lebih dalam. Untuk petani yang memiliki mesin pompa sendiri, mereka harus membeli bensin sebagai bahan bakar mesin pompa sebanyak 16 liter per hari. Sedangkan yang tak punya mesin sendiri, terpaksa harus menyewa mesinnya.

''Lamanya penyedotan air tergantung tingkat kekeringan di sawahnya. Kalau tak terlalu parah, sehari semalam sudah cukup. Tapi kalau tanahnya sudah retak-retak, maka harus berhari-hari,'' tutur Sutatang.

Sutatang berharap, air dari Waduk Jatigede Sumedang bisa digelontorkan secara optimal pada musim kemarau ini. Pasalnya, jika air dari irigasi kurang, maka gagal panen (puso) akan selalu mengancam tanaman padi milik petani.

Terpisah, Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn, memprakirakan kekeringan pada tahun ini tak akan separah seperti tahun lalu. Pasalnya, musim kemarau tahun ini akan diwarnai fenomena La Nina.

“Diprediksi ada hujan walaupun tidak setiap hari. Berbeda dengan musim kemarau tahun kemarin yang sangat kering,” tandas Faiz.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement