Senin 27 Jun 2016 23:15 WIB

Keluarga Islami Solusi untuk Mengatasi Kekerasan Seksual

Red: M.Iqbal
Tagar #NyalaUntukYuyun yang sempat meramaikan Twitter terkait dengan seorang siswi SMP, Yuyun yang tewas karena diperkosa
Foto: kemenpora.go.id
Menpora Imam Nahrawi berbaur bersama ribuan anak yatim piatu, komunitas olahraga masyarakat, dan berbagai komunitas lainnya pada acara bertajuk The Moonlight Of Ramadhan

Dalam konteks kepemimpinan, keluarga harus mendidik dengan cara yang adil. Peran orang tua sangat besar dalam penyediaan ruang belajar dan eksperimen anak dengan keterampilan untuk memimpin dirinya sendiri dan orang lain. Salah satunya mengenalkan konsep siap memimpin dan siap dipimpin.

Model kepemimpinan ini harus diterapkan sejak kecil. Siap memimpin berarti keluarga menjadi penguat dalam menumbuhan sikap percaya diri anak untuk memimpin dirinya sendiri untuk mengontrol ego dan konflik individu. Namun, keluarga tidak boleh melupakan konsep siap dipimpin, anak diajarkan untuk tenggang rasa, dan menghormati kedudukan orang lain serta mempersiapkan untuk terjun ke lingkungan sosial dan berinteraksi langsung dengan masyarakat.

Penguatan keluarga harus ditekankan pada penanaman nilai–nilai emosional, misalnya dalam penekanan ego dan memelihara konflik lahir dan batin. Orang tua mengenalkan hal positif dan negatif tidak secara otoriter. Jauhkan anak dari rasa tertekan dan dibatasi ruang geraknya.

Keluarga atau orangtua harus menerapkan laissez faire positif. Anak bebas dalam mengembangkan dirinya dan tidak pasrah

pada kehendak orangtua. Biarkan anak–anak bermain sesuka hati mereka, berkarya sejauh kemampuan mereka, namun tetap orangtua menjadi batas moral anak untuk mengantisipasi pada aspek negatif seperti pornografi.

Idealnya pendidikan kepemimpinan anak bertujuan untuk menciptakan kepribadian anak yang mandiri dan dewasa untuk terjun langsung ke kehidupan yang sebenarnya. Dalam hal berumah tangga atau bermasyarakat. Orang tua wajib menanamkan jiwa percaya diri pada anak untuk memimpin diri sendiri dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.

Anak diajarkan untuk membiasakan mengeluarkan pendapat sendiri, menasehati diri sendiri sebelum menasehati orang lain dan yang terpenting yaitu meningkatkan kecerdasan emosional anak. Mampu mengelola perilaku, memberi arah dalam pergaulan

sosial, dan membuat keputusan pribadi yang positif.

Penguatan keluarga dalam mendidik kepemimpinan anak juga harus ditekankan dalam aspek tanggungjawab, anak dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas, mengakui dan meminta maaf apabila melakukan kesalahan, konsisten dengan ucapan dan perbuatan. Segala sesuatu yang dilakukan anak harus diberikan reward dan punishment agar anak terus menyadari makna tanggung jawab. Anak akan takut diberikan hukuman jika tidak bertanggungjawab. Sebaliknya dia akan semakin percaya diri ketika ia bertanggungjawab, baik dalam tugas maupun pekerjaan sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement