REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Semarang menelusuri dugaan peredaran vaksin palsu di berbagai rumah sakit serta berbagai fasilitas kesehatan lainnya di wilayah Jawa Tengah.
"Masih terus ditelusuri, hingga saat ini belum ditemukan," kata Kepala BPOM Semarang Endang Pudjiwati di Semarang, Ahad (26/6).
Selain itu, menurut dia, hingga saat ini juga belum ada laporan dari rumah sakit terkait dengan peredaran vaksin palsu tersebut.
Meski demikian, kata dia, BPOM telah memberikan imbauan perihal mekanisme dalam pengadaan vaksin tersebut. "Beli dari sarana kesehatan yang berizin, harus ada faktur pembelian yang lengkap," katanya.
Secara kasat mata, kata dia, vaksin palsu dan asli sulit dibedakan. Ia menuturkan perlu dilakukan pemeriksaan sampel secara langsung untuk mengetahui kandungan vaksin yang dimaksud.
Untuk mengantisipasi peredaran vaksin palsu tersebut, menurut dia, peran penanggung jawab instalasi kesehatan serta apoteker harus dioptimalkan. "Kalau ada penawaran produk yang tidak wajar harus dicurigai," katanya.
Sebelumnya, polisi membongkar praktik pemalsuan vaksin yang dijual ke sejumlah rumah sakit dari sebuah pabrik di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten.
Pabrik pembuatan vaksin palsu ini membuat "vaksin" campak, polio, hepatitis B, tetanus, dan BCG. Di lokasi pabrik ditemukan tempat yang tidak steril dan penuh dengan obat berbahaya lainnya.
Polisi juga menemukan alat pembuat vaksin, mulai dari botol ampul, bahan-bahan berupa larutan yang dibuat tersangka dan labelnya.