Kamis 23 Jun 2016 22:02 WIB

BNN: Kolaborasi Jaringan Narkoba Indonesia-Cina Paling Aktif

Rep: Muhyiddin/ Red: M.Iqbal
  Deputi pemberantasan Narkotika BNN Irjen Pol Arman Depari (kiri), bersama Kepala Bagian Humas BNN Slamet Pribadi menunjukkan tersangka dan barang bukti sabu saat konferensi pers di BNN, Jakarta, Selasa (24/5). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Deputi pemberantasan Narkotika BNN Irjen Pol Arman Depari (kiri), bersama Kepala Bagian Humas BNN Slamet Pribadi menunjukkan tersangka dan barang bukti sabu saat konferensi pers di BNN, Jakarta, Selasa (24/5). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Irjen Pol. Arman Depari menjelasan jaringan peredaran narkoba di Indonesia melibatkan banyak negara. Namun untuk saat ini, yang paling aktif terlibat dalam sindikat tersebut adalah Indonesia dan Cina.

"Ada sindikat Iran, dulu yang tahun 2010 ke bawah sangat berjaya sekali. Sebelumnya lagi ada sindikat Afrika. Kelihatannya mereka saat ini agak kurang aktif dibanding sindikat Cina. Dan kolaborasi dengan indonesia. Ini yang sekarang sangat aktif," kata Depari di Jakarta, Kamis (22/6). Depari mengatakan, narkoba dari Cina mudah masuk ke Indonesia lantaran di Indonesia dan Cina terdapat banyak penjahat.

Kemudian, lanjut Depari, karena adanya kesempatan untuk melakukan transaksi narkoba. Ketiga, karena Indonesia termasuk negara penghasil narkoba yang banyak. Depari menjelaskan, sebelum 2014, di Indonesia banyak ditemukan pabrik narkoba. Diperkirakan jumlahnya sekitar 100 pabrik dan sudah digulung di Indonesia.

"Mungkin mereka melihat bahwa kita cukup efektif dan berhasil karena hampir semua ini kita ungkap. Maka mereka mengalihkan sumbernya tidak dari pabrik dalam negeri, tapi mendatangkan impor dari luar," ujar Depari. "Kalau dari sudut ekonomi, karena mereka menganggap ini bisnis, pasti menguntungkan kalau diproduksi di dalam," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement