REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana peningkatan kecepatan kereta api Jakarta-Surabaya dipandang berdampak positif. Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro mengatakan kronologi awal mengapa muncul rencana peningkatan kecepatan kereta jalur Jakarta-Surabaya tersebut.
"Kereta medium speed Jakarta-Surabaya, saat itu rapat terbatas, Bapak Wapres menanyakan, kenapa kecepatan kereta api di Jawa tidak bisa ditingkatkan? Saya jawab bisa sebenarnya dengan trek yang ada," ujarnya di Jakarta, Kamis (23/6).
Trek yang ada sekarang ini memiliki lebar spoor 1.067 milimeter, yang bisa dipakai untuk kecepatan sampai 160 km/jam. "Lalu, diperintahkan Bapak Presiden tolong PT KAI bikin kajian, singkat saja kalau dibuatkan kereta medium berangkat dari Jakarta menuju Surabaya itu berapa biayanya?" katanya.
Hal itu sudah dikerjakan KAI dan sudah diserahkan kembali kepada Presiden dan Menteri BUMN. Dia menyebutkan ada banyak yang mungkin harus dilakukan agar bisa menaikkan kecepatan.
Ia mengatakan, paling tidak ada tiga hal penting. Pertama, treknya harus diperbaiki untuk kecepatam medium. Kedua, sarananya juga harus diperbaiki. Terakhir, adalah pembenahan prasarananya.
Pembenahan, ia katakan, menyangkut masalah perlintasan. Edi mengatakan, perlintasan dari Jakarta sampai Surabaya itu kurang lebihnya ada 1.000 perlintasan. Belum dengan perlintasan liar atau tidak resmi sekitar 500. Apabila ingin laju kereta mencapai 160 km/jam, mau tidak mau, ribuan perlintasan sebidang harus dihilangkan.
"Kami sudah usulkan kalau menggunakan kereta medium ini maka Jakarta-Surabaya yang jaraknya cuma 720 km itu kira-kira hanya 5,5 jam kalau berhenti di tiga stasiun, Cirebon, Semarang, dan Surabaya. Itu paling-paling lima jam sampai 5,5 jam," lanjutnya.
Ia juga membeberkan dampak dari kehadiran kereta dengan kecepatan sedang tersebut. Antara lain, masyarakat akan semakin berbondong-bondong naik kereta dan meninggalkan moda transportasi lain seperti pesawat. "Jadi kalau sampai ada, kereta Jakarta-Surabaya medium speed 5,5 jam, saya yakin kereta ini penuh," ungkapnya.
Berkaca dengan transportasi di Eropa, Edi menuturkan, transportasi perkeretaapian merupakan pilihan nomor satu bagi masyarakat di sana, bahkan jika dibandingkan dengan pesawat. Oleh karenanya, bukan hal mengejutkan jika tarif kereta api di Eropa dibandrol cukup tinggi.
"Oleh sebab itu, kalau pemerintah memutuskan proyek ini jalan, saya kira ini akan cepat. Kenapa, karena kita enggak perlu membuat trek baru. Treknya pakai yang ada. Kalau membuat trek baru, persoalannya tanah lagi," sambung Edi.
KAI, ia mengatakan mendukung rencana pemerintah melakukan penawaran ke Pemerintah Jepang. "Kami, KAI mendukung supaya operasional secepatnya," katanya menambahkan.