REPUBLIKA.CO.ID, GORONTALO -- Kepala Balai Pengelolaan Daerah ALiran Sungai Bone Bolango, Saparis Soedarjanto mengatakan rehabilitasi di kawasan hulu Danau Limboto sebaiknya dilakukan dengan cara agroforestri.
"Agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan (usaha tani) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan," katanya di Gorontalo, Kamis (23/6).
Ia menyarankan kegiatan yang dilakukan masyarakat di daerah lereng seharusnya dilakukan sesuai skema argoforestri, dimana masyarakat mengelola tanaman yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan erosi.
BPDAS saat ini, kata dia, telah melakukan upaya pemulihan daerah hulu dengan melakukan penanaman pohon bekerjasama dengan TNI. Namun, kegiatan di daerah hulu saat ini dinilai belum maksimal karena berbagai kendala di antaranya status hutan yang masih milik rakyat.
Selain itu alih fungsi lahan di bagian hulu danau hingga saat ini marak dilakukan sehingga memperparah kondisi bagian hilir danau. Menurutnya, BPDAS tidak memiliki kewenangan untuk mengatur perusahaan yang beroperasi. "Yang bisa dilakukan BPDAS saat ini adalah sebatas pengelolaan agar air tanah tetap terjaga," imbuhnya.
Ia mengungkapkan tawaran dari Badan Atom Nasional untuk menanam bibit sorgum yang sudah diradiasi serta ditunjang dengan ketersediaan perusahaan yang akan menampung hasilnya merupakan upaya preventif yang patut dipertimbangkan.
BPDAS bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) II dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Gorontalo sebelumnya melakukan sosialisasi tentang revitalisasi Danau Limboto. Sosialisasi dilakukan di lima kelurahan yakni Hutuo, Dutuluano, Hepuhulawa, Hunggaluwa, dan Kayubulan di Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.