Selasa 21 Jun 2016 18:45 WIB

20 Persen Pasien TB Alami Gangguan Hati Akibat Obat

Rep: Yulianingsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pelayanan terhadap pasien TB
Foto: Istimewa
Pelayanan terhadap pasien TB

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pengobatan tuberkulosis (TB) memang membutuhkan waktu panjang dan terus menerus agar penyakit tersebut bisa sembuh total. Setiap pasien TB setidaknya harus mengkonsumsi obat selama enam bulan berturut turut dan teratur agar sembuh.

Setidaknya ada empat jenis obat wajib yang diberikan dokter bagi pasien TB untuk dikonsumsi setiap harinya. Namun ternyata pengobatan TB tersebut juga ada yang memberikan efek samping tersendiri bagi pasien.

Menurut Dekan Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UAD), Dyah Aryani Perwitasari, dari 200 pasien TB yang rutin mengkonsumsi obat secara teratur ternyata 20 persennya ternyata mengalami gangguan fungsi hati. Gangguan fungsi hati ini disinyalir akibat efek samping obat TB itu sendiri.

"Ini hasil penelitian yang kami lakulan selama empat tahun dari 2012 hingga 2016 di 20 puskesmas di DI Yogyakarta dan Lampung," ujarnya di kampus UAD, Selasa (22/6).

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dan DNA ludah pasien TB di 20 puskesmas tersebut secara rutin. Fakultas Farmasi menerjunkan mahasiswa khusus ujntuk mengambil sampel darah dan DNA melalui ludah pasien dua minggu sekali.

Dari hasil analisa sampel darah dan DNA melalui ludah pasien ini diketahui 20 persen dari 200 pasien TB yang dijadikan penelitian terdeteksi mengalami gangguan fungsi hati.

"Pasien TB yang menjadi subyek penelitian ini yang sudah melakukan konsumsi obat rutin minimal 2 bulan berturut-turut," katanya. Penelitian ini dilakukan agar pengobatam TB bisa terus berjalan dengan baik. Pasalnya meski diketahui mengalami gangguang fungsi hati, namun pengobatan TB harus terus dilakukan.

Konsumsi obat TB harus dilakukan hingga enam bulan. Jika pasien menghentikan konsumsi obat maka akan terjadi resistensi obat TB atau MDR-TB.

"Pasien yang terdeteksi mengalami gangguan fungsi hati bisa tetap melanjutkan konsumsi obat TB ditambah dengan obat hepatoprotektor untuk pengobatan hatinya," ujar Dyah.

Diakuinya, penderita TB akan menjalani pengobatan minimal enam bulan dimana bulan pertama empat jenis obat TB dikonsumsi rutin perhari. Sedangkan bulan selanjutnya, obat dikonsumsi tiga kali selama seminggu.

"Jika penderita TB tidak patuh aturan ini maka akan terjadi resistensi obat dan pengobatan dilakukan ulang dalam kurun waktu lebih lama sekitar 2 tahun ditambah pengobatan injeksi. Ini kemungkinan efek samping obatnya akan lebih banyak selain biayanya mahal," katanya.

Karena itu, tahun ini Fakultas Farmasi UAD akan mengembangkan penelitian serupa di beberapa daerah yang terdeteksi banyak penderita TB di luar Jawa. "Fungsinya untuk pengobatan penderita TB agar lebih mengena dan semakin efektif serta tidak menimbulkan efek samping," ujarnya.

Humas Fakultas Farmasi UAD Ichwan Ridwan Rais mengatakan, Fakultas Farmasi memang bekerjasama dengan beberapa lembaga dan instansi dalam penelitian terkait kesehatan masyarakat. Penelitian yang dilakukan bukan hanya di DIY tetapi juga di luar Jawa. "Memang ada beberapa penelitian terkait TB ini ada tentang efek samping obatnya, resistensi obat dan terakhir kadar obat TB dalam darah yang saat ini tengah dianalisis hasilnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement