Jumat 17 Jun 2016 16:32 WIB

Ratusan Unggas Mati Akibat Penyakit Pencernaan

Rep: Riga Iman/ Red: Friska Yolanda
Petugas merazia unggas di kawasan Petogogan, Jakarta Selatan, Rabu (30/3).  (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Petugas merazia unggas di kawasan Petogogan, Jakarta Selatan, Rabu (30/3). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Ratusan unggas di sebuah peternakan di Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi mati mendadak. Penyebab kematian unggas diakibatkan penyakit necrotic enteritis (NE) yang menyerang saluran pencernaan.

“Ratusan unggas mati bukan karena flu burung melainkan penyakit saluran pencernaan pada usus,” ujar Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Kabupaten Sukabui Iwan Karmawan kepada Republika.co.id, Jumat (17/6). 

Hal ini diketahui setelah petugas Disnak mendatangi lokasi peternakan di Jampang Tengah dan memeriksa sampel unggas yang mati. Hasilnya, kata Iwan, unggas yang mati tersebut dipastikan karena penyakit NE.  

Jumlah ayam yang mati cukup banyak mencapai ratusan ekor. Saat ini, ratusan ekor ayam yang mati tersebut sudah dimusnahkan dengan cara dikubur dan sebagian dibakar. Upaya ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, termasuk kekhawatiran penyebaran penyakit.

Penyakit NE pada unggas tidak menular. Namun demikian, unggas yang mati harus segera dimusnahkan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Meskipun mati bukan akibat flu burung, upaya pemusnahan tetap dilakukan.

Masyarakat khususnya peternak unggas tetap diminta untuk mewaspadai penyebaran penyakit flu burung. Terlebih, potensi penyebarannya terjadi pada momen peralihan musim seperti saat ini dari hujan ke kemarau.

Dikatakan Iwan, di awal 2016, ada empat kecamatan Sukabumi yang dilaporkan kasus flu burung. Keempat wilayah itu adalah Tegalbuleud, Sagaranten, Kabandungan, dan Cikidang. “Disnak tetap akan menggalakan upaya restrukturisasi perunggasan,” ujar Iwan. 

Hal yang menjadi perhatian adalah penataan peternak atau warga yang masih memelihara unggas di dekat rumah. Warga dilarang memelihara unggas sekitar 100 meter dari rumah.  Namun, masih banyak yang mengabaikan hal ini.

Ke depan, Disnak akan melakukan penataan secara bertahap. Caranya, bisa dengan mengganti hewan ternak dari unggas ke kambing atau kelinci.

Langkah lainnya, ungkap Iwan, yakni dengan membentuk kampung ternak unggas di suatu kawasan khusus. Penetapan satu lokasi ini untuk mempermudah Disnak dalam melakukan pemantauan dan pembinaan kepada peternak. 

Saat ini, warga yang memelihara unggas tersebar di beberapa wilayah sehingga menyulitkan pendataan. Bila program itu berhasil diterapkan, maka akan menekan penyebaan flu burung pada unggas. n ed: friska yolandha

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement